CANTIK DIBALIK KERUDUNG

“Wanita sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menutupi bentuk tubhnya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari Kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada dibalikmya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari keihklasan ia memberikan kebaikan itu. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keahlihannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauhmana ia berani mempertaruhkan kehormatannya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari kekawatirannya digoda orang lain dijalan, tetapi dilihat dari kekawatirannya yang mengundang orang lain jadi tergoda. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan syukur. Dan ingatlah..........!!!!!!!! Wanita sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatanya dalam bergaul....... Wassalam........... “semoga bisa menjadikan kita bertafakkur ya ikhwati”

Kamis, 22 Juli 2010

DUNIA MIMPI HILM, RU’YAH DAN MANAM (1)

KH. M.Munif zuhri pengajihan umum di masjid kauman 2009 bersama ustad yusuf mansyur dari jakarta dalam rangka 10 syuro hari penyantunan anak yatim sekota semarang
Ojo siro bungah-bungah, gonmu urip neng alam Dunio.
Malaikat juru pati nglirak-nglirik maring siro.
olehe nglirik malaikat arep jabut nyowo siro.
olehe jabut angenteni dawuhe kang moho mulyo.
sak whuse di dawuhi banjur tandang karo kondo.
aku iki mung sak dermo, kwe ora keno sumoyo...
yaa Allah panjenengan , dandosi kulo niki.
lahir batin sarono, manah sahe kang suci.
yaa.. Allah jamaah nyuwun gesang berkah istiqomah.
panjang umur sregep ngibadah pinaringan kusnul khotimah


     Dalam perspektif ilmu tasyawuf, dunia mimpi dikenal dengan beberapa istilah. Istilah itu disesuaikan dengan sifat dan tingkat kuwalitas mimpi itu. Isyilah-istilah tersebut, antara lain, hilm, ru’yah, manam, busyra, waqi’ah, dan mukasyafah dalam alqur’an dan hadits pun sering digunakan istilah-istilah tersebut secara bergantian. Kalangan ulama’ tasyawuf membedakannya tiga kategori. Pertama hilm, ru’yah, dan manam. Kedua, waqi’ah. Ketiga, mukasyafah.
Hilm, ru’yah, dan manam, ketiganya berarti mimpi dan sering digunakan secara bergantian dalam alqur’an. Hilm lebih sering digunakan dalam konteks mimpi yang dihubungkan dengan persoalan biologis. Kata hilm secara literal berarti mengisi, bermimpi, mencapai usia dewasa. Kata hilm ini lebih populer di kitab-kitab fiqh.
       Ini karena di sana hilm diartikan sebagai anak laki-laki yang sudah mencapai usia aqil balig yang ditandai dengan pengalaman “mimpi basah”, yakni bermimpi dengan sesuatu yang menyebabkan keluarnya sperma.
Mimpi seperti ini menjadi kriteria seorang anak laki-laki disebut mukalaf, orang yang sudah memenuhi syarat dan dipandang cakap dan cerdas menjalankan perbuatan hukum. Baik hukum ibadah mahdhah maupun hukum-hukum keperdataan (mu’amalat), seperti bertransaksi dan menjadi saksi. Bagi anak perempuan, indikasinya ialah menstruasi (haid).
Contoh penggunaan kata hilm dalam arti ini, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum sampai usia balig diantara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari), yaitu sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu ditengah hari, dan sesudah shalat isha’, (itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan , Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS an-Nuur[4]:58).
      Ru’yah berasal dari kata ra’a berarti melihat, bermimpi, mengerti. Dari akar kata ini lahir kata ru’yah atau ru’yayah berarti mimpi. Mimpi yang diungkapkan dengan kata ru’yah umumnya mempunyai makna yang berdampak dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Berbeda dengan kata hilm tadi yang lebih berdampak pada pribadi.
      Kata ara atau ru’yah dalam arti mimpi diungkapkan alquran beberapa kali. Seperti dalam ayat, “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ ia menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’”(QS as-Shaffaa[37]:102).
Dalam ayat lain juga disebutkan, “(ingatlah), ketika yusuf berkata kepada ayahnya. ‘wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi emlihat sebelah binatang. Matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku.’ Ayahnya berkata, “hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)-mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”(QS yusuf [12]:4-5).
         Kata inni ara fi al-manam (aku melihat dalam mimpi) dalam kedua ayat tersebut di atas ialah mimpi yang sering dialami oleh para nabi atau pembesar yang memiliki dampak lebih luas di dalam masyarakat. Bandingkan juga dengan pengalaman mimpi Nabi yusuf berikut ini.
“Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya), “sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Hai orang orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang takbir mimpiku itu jika kamu dapat mentakbirkan mimpi.’”
       Mereka menjawab, “(itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mentakbirkan mimpi itu.  Dan berkatalah orang yang selamat diantara mereka berdua dan teringat (kepada yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya, ‘aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai)mentakbirkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)’. (setela pelayan itu berjumpa dengan Nabi yusuf dia berseru), “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuhbulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.”
Yusuf berkata,”supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dar (bibit gandum) yang kamu simpan.”(QS yusuf/12:43-48).
Kisah Nabi Yusuf diatas mengisyaratkan kepada kita bawa ada kualitas mimpi yang mampu memberikan solusi terhadap problem sosial kemasyarakatan. Seorang yang dekat dengan Tuhan akan mendapatkan petunjuk tidak tidak hanya ketika ia sedang terjaga, tetapi juga ketika sedang tidur. Termasuk juga ia mampu menafsirkan mimpi orang lain yang berdampak pada kemaslahtan umat manusia.
       Kata ara fi al-manam (aku melihat dalam mimpi) boleh jadi saling memperkuat satu sama lain (muqayyyad) untuk meyakinkan bahwa apa yang dilihat dalam mimpi itu benar-benar adanya. Hak ini wajar digunakan Tuhan karena terkait dengan nyawa seseorang, yaitu nyawa bagi anak semata wayang (ismail) yang sudah lama didambakan nabi Ibrahim. Ayat ini kemudian menjadi dasar disyari’atkannya ibadah kurban setiap tahun bagi mereka yang memiliki kemampuan.
Sedangkan, busyra berasal dari akar kata basyara-yabsyuru berarti mengupas, memotong, memperhatikan. Dari akar kata ini lahir kata busyra yang dijelaskan Rasulullah SAW sebagai mimpi. Sebagaimana dalam suatu riwayat yang berkenaan dengan ayat, “bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan(dalam kehiduan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. “(QS Yunus [10]:4.
Selain itu, Abu darda’ bertanya kepada Nabi tentang arti ayat ini. Lalu, dijawab oleh Nabi, “belum pernah ada yang menanyakan kepadaku tentang ayat itu sebelum dirimu. Yang dimaksud ayat ini ialah mimpi baik yang dilihat oleh orang yang diperhatikan kepadanya.”
       Mimpi yang terungkap dalam diri seseorang Nabi diyakini mutlaq kebenarannya dan mimpi itu dapat disebut bentuk lain dari wahyu. Mimpi yang muncul dari orang yang bukan Nabi atau Rasul, sungguhpun itu dari seorang wali, tidak bisa dijadikan sebagai hujjah atau dasar hukum yang dapat dipedomi secara kolektif. Namun, mimpi yang lahir dari para wali atau salik, inilah nanti yang kita sebut sebagai waqi’ah dan atau mukasyafah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Imansipasi wanita

Imansipasi wanita
imansipasi wanita sering diterjemahkan atau diartikan dengan salah kaprah, bahwasanya kedudukan seoarang wanita harus sama dengan laki-laki dari sisi apapun. padahal dalam islam masalah imansipasi wanita sudah diatur begitu rapi oleh Alquran, tapi seseorang yang belum begitu faham dengan ajaran Islam pastilah mereka menafsirkan sebatas dengan pengetahuan akalnya, contoh imansipasi wanita dalam islam yaitu: Allah mewajibkan laki-laki dan perempuan sholat, islam tidak melarang seorang wanita mengerjakan pekerjaan seorang pria dengan tidak melanggar aturan-aturan syariat islam, wanita juga dibolehkan untuk mengangkat senjata (menjadi tentara) selama itu dibutuhkan, atau mempertahankan agama dan negara. wanita menjadi tentera tidak harus sama pakaiannya sebagaimana tentara laki-laki, wanita tetap diwajibkan untuk menutup auratnya, sehingga mereka tidak perlu membuka auratnya,

MENURUT anda bagaimanakah tentang blog ini...?

SETITIK MUTIARA WALISONGO

Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT. Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisoongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah 1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan. 2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak. 3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan. 4. Senjoto Kalimosodo Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat) 5. Digdoyo Tanpo Aji Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata. 6. Perang Tanpo tanding Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini. 7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya. 8. Mulyo Tanpo Punggowo Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan. 9. Sugih Tanpo Bondo Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia. Semboyan seperti diatas sudah banyak dilupakan umat islam masa kini. Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan kalijogo diantaranya adalah : 1. Yen kali ilang kedunge 2. Yen pasar ilang kumandange 3. Yen wong wadon ilang wirange 4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT. Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya : 1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang 2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT 3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan 4. Semangat berkorban harta dan jiwa 5. Selau memperbaiki diri 6. Mencari ridho Allah SWT 7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan 8. Sabar menjalani kesulitan 9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT 10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha 11. Istiqomah seperti unta 12. Tawadhu seperti bumi 13. Tegar seperti gunung 14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit. 15. berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.

SELAMAT MEMBACA

KEPUASAN ANDA ADALAH PENGHARGAAN BAGI KAMI.
APATIS ANDA ADALAH BLUM MEMPELAJARI KAMI.
KRITIK ANDA ADALAH INTROPEKSI DIRI KAMI.