CANTIK DIBALIK KERUDUNG

“Wanita sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menutupi bentuk tubhnya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari Kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada dibalikmya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari keihklasan ia memberikan kebaikan itu. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keahlihannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauhmana ia berani mempertaruhkan kehormatannya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari kekawatirannya digoda orang lain dijalan, tetapi dilihat dari kekawatirannya yang mengundang orang lain jadi tergoda. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan syukur. Dan ingatlah..........!!!!!!!! Wanita sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatanya dalam bergaul....... Wassalam........... “semoga bisa menjadikan kita bertafakkur ya ikhwati”

Jumat, 24 Desember 2010

Pesantren Girikusumo Berbenah

Amanat Mbah Hadi, Petuah Sunan Drajat

Elinga Ngger, yen ana ula
aja kokpenthung
ana pitik jago aja kokjunjung
ana wong ala aja koktundhung
ana wong apik aja kokgunggung
PETUAH Sunan Drajat itu senantiasa mengiang di telinga KHM Munif Zuhri
(Gus Munif), pengasuh Pesantren Girikusumo, Mranggen, Demak. Bahwa kualitas manusia tidak bisa diukur hanya dari tampilan luarnya. Mengamini pesan itu, Gus Munif senantiasa menjaga kehati-hatian dalam menerima para tamu, yang nyaris setiap hari membanjiri rumahnya.
''Intinya, janma tan kinira. Manusia itu makhluk yang tidak bisa diduga. Ada orang yang kita duga jelek, padahal sebetulnya baik. Sebaliknya, ada orang yang dalam anggapan kita baik, sesungguhnya amat jahat. Urip iku ora mesthi, dadine kudu ngati-ati,'' papar Gus Munif, saat Suara Merdeka bertandang ke kediamannya, Senin (11/4) siang.
Falsafah janma tan kinira agaknya tepat dialamatkan ke pesantren warisan Ki Ageng Giri atau dikenal dengan sebutan Mbah Hadi itu. Pesantren yang terletak amat jauh dari pusat kota itu merupakan salah satu noktah penting dalam percaturan politik Indonesia.
Betapa tidak, pesantren itu acap menjadi rujukan para politikus. Semasa menjadi presiden, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tak sungkan blusukan ke pesantren yang terletak di Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Demak itu. Begitu pula sehari sebelum pemilihan presiden putaran kedua, Jusuf Kalla pun menyempatkan diri menyambangi Gus Munif.
''Tapi setelah terpilih jadi wakil presiden ya sudah, lupa,'' seloroh kiai karismatik itu.
Ya, dari jantung Kota Semarang, Pesantren Girikusumo berjarak sekitar 20 km ke arah timur, atau hampir sejam jika ditempuh dengan kendaraan. Itu pun belum cukup. Dari Pasar Mranggen, masih ada jalan berkelok-kelok sepanjang 10 km ke arah selatan. Pada sepanjang jalan, yang terlihat di kanan kiri hanyalah gerumbul tanaman pisang dan jahe yang dibudidayakan penduduk setempat. Biasanya jalan kecil itu tak terlampau bagus. Tapi menjelang pembukaan Muktamar  tampaknya pemkab setempat melakukan sejumlah perbaikan.
Begitu juga kalau hanya dilihat secara fisik, tak terlampau kentara keistimewaan Girikusumo. Sepintas, kesan arsitektur pada bangunan Pesantren Girikusumo mengingatkan orang pada salah satu sudut keraton di Jawa atau Masjid Agung Demak. Pada beberapa sisinya terlihat kuna, dan lazim ditemui di bangunan keraton. Baik tempat tinggal maupun masjid di pesantren itu dilengkapi mustaka, seperti yang terdapat pada masjid tradisional Jawa.
Sederhana
Kesan tradisional itu lebih kentara lantaran dinding bangunan masih terbuat dari papan. Tetapi bahan bakunya bukan berasal dari kayu jati, melainkan sengon laut. Pesantren amanat Mbah Hadi itu memang begitu sederhana. Kesan itu juga terlihat pada puluhan santri bersarung dan berkopiah yang sore itu menunaikan shalat asar. Sama sederhananya dengan penampilan ibu-ibu yang mondok selama 10 hari, untuk mengikuti pengajian Thariqah Naqsabandiyah Khalidiyah asuhan Gus Munif. Atau, coba alihkan pandangan ke sekeliling pemondokan santri, yang dipenuhi baju-baju bergegantungan. Khas sebuah pesantren tradisional.
Tapi, janma tan kinira, di pesantren itulah setiap Kamis berkumpul 10.000-an jamaah untuk mengikuti pengajian thariqah yang diasuh Gus Munif. Pengajian Kamis Kliwon ditujukan untuk jamaah laki-laki, dan Kamis Legi untuk perempuan. Menariknya, setiap peserta pengajian itu diberi makan dalam bentuk ambengan. Selain itu, nama Gus Munif teramat populer, tidak cuma di Demak dan sekitarnya, tapi juga ke sejumlah daerah di luar Jawa. Pada saat yang sama, pesantren itu juga menjadi salah satu pusat denyut kehidupan NU. Sebagai organisasi yang berakar di pesantren, sudah pada galibnya Muktamar dibuka di pesantren. Tapi, mengapa Girikusumo? Tak ada jawaban pasti soal itu. Kiai Munif tak mau menunjukkan alasan di balik pilihan Gus Dur untuk membuka Muktamar  di pesantrennya.
''Saya gumun, kenapa di sini yang ditunjuk. Wong saya juga bukan orang yang aktif di partai. Ya sudah, anggap saja saya ketamon Gus Dur dan rombongannya, ya disambut apa adanya saja,'' ujarnya merendah. (33t)

 

 

1 komentar:

Imansipasi wanita

Imansipasi wanita
imansipasi wanita sering diterjemahkan atau diartikan dengan salah kaprah, bahwasanya kedudukan seoarang wanita harus sama dengan laki-laki dari sisi apapun. padahal dalam islam masalah imansipasi wanita sudah diatur begitu rapi oleh Alquran, tapi seseorang yang belum begitu faham dengan ajaran Islam pastilah mereka menafsirkan sebatas dengan pengetahuan akalnya, contoh imansipasi wanita dalam islam yaitu: Allah mewajibkan laki-laki dan perempuan sholat, islam tidak melarang seorang wanita mengerjakan pekerjaan seorang pria dengan tidak melanggar aturan-aturan syariat islam, wanita juga dibolehkan untuk mengangkat senjata (menjadi tentara) selama itu dibutuhkan, atau mempertahankan agama dan negara. wanita menjadi tentera tidak harus sama pakaiannya sebagaimana tentara laki-laki, wanita tetap diwajibkan untuk menutup auratnya, sehingga mereka tidak perlu membuka auratnya,

MENURUT anda bagaimanakah tentang blog ini...?

SETITIK MUTIARA WALISONGO

Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT. Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisoongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah 1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan. 2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak. 3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan. 4. Senjoto Kalimosodo Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat) 5. Digdoyo Tanpo Aji Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata. 6. Perang Tanpo tanding Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini. 7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya. 8. Mulyo Tanpo Punggowo Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan. 9. Sugih Tanpo Bondo Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia. Semboyan seperti diatas sudah banyak dilupakan umat islam masa kini. Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan kalijogo diantaranya adalah : 1. Yen kali ilang kedunge 2. Yen pasar ilang kumandange 3. Yen wong wadon ilang wirange 4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT. Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya : 1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang 2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT 3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan 4. Semangat berkorban harta dan jiwa 5. Selau memperbaiki diri 6. Mencari ridho Allah SWT 7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan 8. Sabar menjalani kesulitan 9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT 10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha 11. Istiqomah seperti unta 12. Tawadhu seperti bumi 13. Tegar seperti gunung 14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit. 15. berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.

SELAMAT MEMBACA

KEPUASAN ANDA ADALAH PENGHARGAAN BAGI KAMI.
APATIS ANDA ADALAH BLUM MEMPELAJARI KAMI.
KRITIK ANDA ADALAH INTROPEKSI DIRI KAMI.