CANTIK DIBALIK KERUDUNG

“Wanita sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menutupi bentuk tubhnya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari Kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada dibalikmya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari keihklasan ia memberikan kebaikan itu. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keahlihannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauhmana ia berani mempertaruhkan kehormatannya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari kekawatirannya digoda orang lain dijalan, tetapi dilihat dari kekawatirannya yang mengundang orang lain jadi tergoda. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan syukur. Dan ingatlah..........!!!!!!!! Wanita sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatanya dalam bergaul....... Wassalam........... “semoga bisa menjadikan kita bertafakkur ya ikhwati”

Minggu, 10 April 2011

APA ITU AL-A’YAN AL-TSABITAH?


Dalam artikel terdahulu telah di bahas alam jabarut, suatu alam tertinggi di antara seluruh alam yang ada. Ia sudah masuk kedalam tingkatan alam ghaib mutlak. Di atas alam ini sudah tidak ada lagi alam, adanya hanya martabat atau maqam yang tidak bisa lagi disebut dengan alam dalam arti apapun selain Allah  (ma siwa Allah).
      Martabat di atas alam jabarut biasanya di sebut dengan entitas yang tidak berubah (al-A’ayan al- tsabitah/ immutable entities). Al-A’yan al-Tsabitah sudah masuk dalam level pembahasan yang tinggi dan tidak banyak di temukan di dalam buku-buku tasyawuf populer.
Konsep terperinci tentang Al-A’ayan al-Tsabitah hany bisa di temukan di dalam karya-karya Ibnu Arabi, seperti di dalam Fushush al-Hikam dan futuhat al-makkiyyah (4jilid). Selain pembahasannya amat rumit boleh jadi juga tidak menarik karena sepintas tidak memberikan  manfaat secara instan kepada pencari Tuhan di level pragmatis.
Namun, justru materi-materi seperti itu amat di butuhkan bagi mereka yang menginginkan kedalaman hakikat dan makrifat. Untuk mengenal Tuhan lebih mendalam memang tidak mudah. Menurut jalaluddin Rumi, bukan Tuhan pelit untuk memperkenalkan dirinya, melainkan “apa arti sebuah gelas untuk menampung samudra”.
Kapasitas memori akal kita terbatas di umpamakan seperti gelas untuk memuat ilmu Tuhan yang di umpamakan samudra. Dalam Alquran di katakan,”Katakanlah (Muhammad), seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, pasti habislah lautan itu sebelum selesai (Penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun di datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”(QS al-kahfi/18:109).
      Al-A’yan al-Tsabitah secara harfiah berarti entitas-entitas yang tetap (immutable entiotas). Al-A’yan bentuk jamak dari ain berarti entitas dan Al-Tsabitah berarti tetap, tidak berubah-ubah. Disebut entitas-entitas tetap karena keberadaannya masih bersifat potensial dan tersembunyi dalam pengetahuan Tuhan.
      Berbeda dengan level alam yang sudah merupakan keberadaan konkret atau aktual. Keberadaan yang terahir ini tidak lagi disebut entitas tetap karena sudah bersifat aktual dan menerima perubahan. Keberadaan potensi dan keberadaan aktual di sini tidak bisa di samakan dengan konsep platonisme yang juga mengenal dunia ide dan dunia nyata.
      Dalam dunia ide plato hanya merupakan dunia abstrak yang berada di dalam wilayah ontologis dan asih bersifat potensial. Sedangkan wujud merupakan manifestasi dari dunia ide, yang sesungguhnya tidak berbeda dengan dunia ontologi ide, setidaknya antara keduanya memiliki hubungan simetri.
Wujud potensial dan wujud aktual dalam konsep Al-A’yan al-Tsabitah tidak mesti harus sama bahkan mungkin tidak ada hubungannya sama sekali. Meskipun Al-A’yan al-Tsabitah tidak lagi masuk kategori alam, tetapi belum masuk ke dalam pembahasan puncak.
      Masih ada pembahasan lebih tinggi lagi yang disebut level Ahadiyyah dan wahidiyyah, yang akan di bahas dalam artikel mendatang. Bahkan, ada segi dari level Al-A’yan ini masih dalam kategori maqam al-Khalq atau level alam, yang disebut al-A’ayan al-Kharijiyyah, yakni sesuatu yang berwujud di level konkret melalui proses emanasi agung. Di sebut al-A’yan al-Kharijiyyah karena berada dilingkaran luar dari Al-A’yan al-Tsabitah.
      Al-A’yan al-Tsabitah sudah masuk di level Wahidiyyah atau apa yang di sebut dengan pengetahuan Tuhan. Al-A’yan AL-Tsabitah masuk dalam level pertama utama (the principle level)dan tidak akan pernah berbeda di dalam level kedua (the relative level). Keberadaan Al- Ayan ini merupakan hasil dari proses tajjalli pertama(al- tajjalli al-awal) yg disebut juga dengan emanasi awal (al-faidh al-aqdas).
      Proses emanasi berikutnya, yaitu al-faidh al-muqoddas, melahirkan Al-A’yan al-khorijiyyah, yaitu keberadaan yang sudah aktual, bukan lagi keberadaan potensial. Al-A’yan al-Khorijiyyah inilah yang masuk kedalam the relative level. Dengan kata lain, yang masuk di level aktual atau relatif hanya manifestasi (madhahir)-nya saja, bukan hakikatnya karena hakikat Al-A’yan al-kharijiyyah tidak lain adalah al-A’yan al-Tsabitah, yang tetap berada di level utama.
      Dari sinilah nanti muncul konsep al-mumtai’at dan konsep al-mumkinat. Potensi wujud (al-=A’yan al-Tsabitah) yang tidak mungkin termanifestasi menjadi wijid aktual (Al-a’yan al-Khorijiyyah) disenut al-mumkinat.
      Dalam level atau konsep al-mumtani’at tidka mungkin di jumpai adanya pertentangan dan paradoks antara satu sifat dan sifat lainnya, misalnya antara al-Dhohir dan al-Bathin; al-Awal dan Al Akhir; serta al-Jalal dan al-Jamal, karena semua itu adalah sifat dari hakikat ketuhanan yang tidak mungkin berada di dalam level aktual.
      Sebagai entitas yag berada di level Wahidiyyat, al-A’yan al-Tsabitah merupakan sesuatu yang tidka terciptakan (uncreatable). Semua ciptaan (maj’hul) seperti semua jenis alam, termasuk para malaikat, adalah wujud yang sudah aktual (khorijiyyah), karena itu segala yang diciptakan (maj’ul) tidak bisa di sebut al-A’yan al-Tsabitah.
      Konsep al-A’yan al-Tsabitah mempunyai beberapa tingkatan. Bermula dari ta’ayun pertama (al-Ta’ayun al-awal) ialah level wahidiyyah yang merupakan manifestasi dari Ahadiyyah. Dari kesadaran diri al-Haq di level Ahadiyyah kemudian melahirkan level Wahidiyyah.
      Di level inilah di kenal konsep al-A’yan al-Tsabitah yang sebenarnya berbicara banyak tentang form ilmu Tuhan (Ilmiyyah al-Haq) yang biasa juga di sebut denganal-Shuwwar al-Aqliyah dan form tentang nama-nama Tyhan (al-Asma’ al-Haq). Dengan menguasai konsep al-Ayan al-Tsabitah di harapkan memudahkankita memahami alam dan diri kemanusiaan kita yang dikenal sebagai makluk termulia (ahsan taqwim).
      Penghenalan diri seca komprehensif dengan sendirinya memungkinkan kita memahami Tuhan secara komprehensif pula. Rasulullah pernah memberikan sugesti kepada kita dengan mengatakan,”Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu” (barang siapa yang sudah memahami dirinya maka ia sudah memahami Tuhannya).
      Dalam hadits ini, Rasulullah menggunakan fi’il madhi, yang mengisyaratkan pada saat manusia sedang memahami dirinya pada saat itu juga memahai Tuhannya. Jadi, buklan bersifat sequent, memahami diri dulu baru memahami Tuhan. Semoga Allah SWT memudahkan kita memahami diri untuk memahami  diri-Nya. (prof.nazaruddin umar dialog jumat,8 april 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Imansipasi wanita

Imansipasi wanita
imansipasi wanita sering diterjemahkan atau diartikan dengan salah kaprah, bahwasanya kedudukan seoarang wanita harus sama dengan laki-laki dari sisi apapun. padahal dalam islam masalah imansipasi wanita sudah diatur begitu rapi oleh Alquran, tapi seseorang yang belum begitu faham dengan ajaran Islam pastilah mereka menafsirkan sebatas dengan pengetahuan akalnya, contoh imansipasi wanita dalam islam yaitu: Allah mewajibkan laki-laki dan perempuan sholat, islam tidak melarang seorang wanita mengerjakan pekerjaan seorang pria dengan tidak melanggar aturan-aturan syariat islam, wanita juga dibolehkan untuk mengangkat senjata (menjadi tentara) selama itu dibutuhkan, atau mempertahankan agama dan negara. wanita menjadi tentera tidak harus sama pakaiannya sebagaimana tentara laki-laki, wanita tetap diwajibkan untuk menutup auratnya, sehingga mereka tidak perlu membuka auratnya,

MENURUT anda bagaimanakah tentang blog ini...?

SETITIK MUTIARA WALISONGO

Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT. Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisoongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah 1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan. 2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak. 3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan. 4. Senjoto Kalimosodo Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat) 5. Digdoyo Tanpo Aji Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata. 6. Perang Tanpo tanding Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini. 7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya. 8. Mulyo Tanpo Punggowo Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan. 9. Sugih Tanpo Bondo Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia. Semboyan seperti diatas sudah banyak dilupakan umat islam masa kini. Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan kalijogo diantaranya adalah : 1. Yen kali ilang kedunge 2. Yen pasar ilang kumandange 3. Yen wong wadon ilang wirange 4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT. Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya : 1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang 2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT 3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan 4. Semangat berkorban harta dan jiwa 5. Selau memperbaiki diri 6. Mencari ridho Allah SWT 7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan 8. Sabar menjalani kesulitan 9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT 10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha 11. Istiqomah seperti unta 12. Tawadhu seperti bumi 13. Tegar seperti gunung 14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit. 15. berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.

SELAMAT MEMBACA

KEPUASAN ANDA ADALAH PENGHARGAAN BAGI KAMI.
APATIS ANDA ADALAH BLUM MEMPELAJARI KAMI.
KRITIK ANDA ADALAH INTROPEKSI DIRI KAMI.