TINGKATAN ALAM SUFI
Suatu ketika, Nabi Muhammad SAW bersama abu bakar melewati sebuah pemakaman. Tiba-tiba, nabi tersentak dan berhenti di salah satu makam, mengapa mereka berdua harus berhenti di makam itu. “Apakah engkau takmendengar mayat ini merintih kesakitan disiksa lantaran tak bersih saat ia buang air?” tanya Rasul.
Abu bakar sama sekali tidak mendengar suara itu. Lalu, Nabi mengambil setangkai pohon dan ditancapkannya di atas makamserta menjelaskan sepanjang tangkai itu masih segar, selama itu pula siksaan orang di bawah makam tersebut diringankan.
Dalam kesempatan lain, Ibnu katsir dan beberapa kitab tafsir lainnya menceritakan seorang pemuda pedalaman (a’rabi) berjalan kaki selama tiga hari tiga malam untuk menjumpai Nabi sebab ia merasa telahmelakukan dosa besar. Pada senin, ia meninggalkan desanya dan baru sampai di rumah Rasululah pada Rabu.
Saat ia sampai di rumah Nabi yang terhubung dengan masjid, pemuda itu menjumpai kenyataan bahwa banyak orang sedang bersedih. Ia heran dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Salah seorang sahabat menjelaskan, Nabi baru saja di makamkan setelah ia wafat hari senin, tiga hari lalu.mendengar berita itu, si pemuda menangis histeris dan tidak ada yang berhasil menghentikannya. Si pemuda menjelaskan kalau ia baru saja melakukan dosa besar kemudian datang berjalan kaki dari jauh untuk menemui Rasulullah karena terdorong oleh satu ayat yang memberinya harapan.
“Dan kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka telah mendzalimi dirinya sendiri datang kepadamu (Muhammmad), lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasulullah pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapat allah Maha menerima tobat, Maha penyayang.” QA an-Nisa/4:60)
Si pemuda berharap Rasulullah mau memintakan maaf kepada Allah atas dosa besarnya sebagaimana isyarat ayat ini. Namun, Rasulullah sudah wafat, inilah yang membuat pemuda tersebut terus meratap. Menjelang subuh, penjaga makam Rasulullah didatangi Rasulullah dan mengatakan: “Fabasysyirhu annallaha qad gafara lahu (gembirakanah pemuda itu karena Allah sudah mengampuninya.”
Setelah mendengar penjelasan itu, si pemuda langsung berhenti menangis. Ia yakin apa yang disampaikan penjaga makam benar-benar pernyataan Rasulullah. Sebab, ia bersandar pada hadits sahih, “Barang siapa bermimpi melihat aku; akulah yang sesungguhnya dilihat. Satu-satunya wajah yang tak bisa di palsu iblis hanya wajahku.”
Pertanyaan yang mengemuka di sini adalah bagaimana Rasulullah bisa mendengarkan ratap tangis di sebuah makam, sedangkan orang lain tidak bisa mendengarnya?... Bagaimana pula Nabi bisa memahami kalau ada pemuda meratapi dosa besar didekat makamnya dan menjamin kalau dosa pemuda itu diampuni Allah SWT?.
Kekuatan apa yang di miliki Nabi sehingga bisa mendengarkan dan memahami sesuatu yang menurut orang lain itu wolayah lam ghaib? Apakah hanya Nabi yang dapat mengakses alam gaib? Dalam ilmu tasyawuf, fenomena-fenomena yang dialami Nabi itu dapat di jelaskan.
Ketika seseorang mampu membuka tabir yang menghijab dirinya, dia bisa menembus masuk kedalam suatu alam yang disebut dengan alam mitsal (istilah ibnu ‘Arabi) atau alam khayal (istilah Al-ghazali), yang diterjamhkan oleh Wiliam C Chittick dengan The imaginal Worlds.
Alam mitsal biasa juga disebut dengan alam antara (barzakh) karena berada diantara alam syahadah mutlak dan alam ghaib. Ini menunjukkan bahwa alam barzakh bukan hanya alamnya orang yang sudah wafat, melainkan juga dapat juga dapat diakses orang-orang yang masih hidup, tetapi di beri kekhususan oleh Allah.
Dengan kata lain, tidak mesti harus menunggu kematian untuk mengakses alam barzakh. Alam mitsal adalah alam spiritual murni, tetapi masih bisa bertransformasi ke alam syahadah. Orang-orag yang diberi kemampuan memasuki alam ini memiliki kekhususan untuk mengaktifkan indra-indra spiritualnya sehingga mereka mampu berkomunikasi secara spiritual dengan alam-alam lain, termasukdunia lain. Mereka bisa berkomunikasi interaktif dengan arwah yang meninggal jauh sebelumnya. Mereka pun dapat berkomunikasi dengan malaikat dan jin, termasuk dengan benda-benda alam, tumbuh-tumbuhan, dan hewan.
Ingat, tidak ada benda mati dalam kamus Tuhan. Semua bisa bertasbih, “Tetapi, kita yang tidak mampu memahami tasbih mereka (wa lakin la ta’lamuna tasbihahum), “demikian penegasan Allah.
Pengalaman ini banyak di tunjukkan di dalam Alquran dan hadits seperti peristiwa khidir yang di beri ilmu laduni (min ladunni ilman) dalam surah al-kahfi. Dengan ilmunya itu, ia memahami masa depan anak kecil yang dibunuhnya. Nabi sulaiman bisa berkomunikasi dengan malaikat,jin,burung-burung,ikan danangin.
Nabi Muhammad dalam beberapa hadits di jelaskan berdialog dengan binatang (unta dan kijang), berdialog dengan mimbar tua, dan berkomunikasi dengan nabi-nabi yang hidup jauh sebelumnya. Nabi secara intensif berkomunikasi dengan jibril dan malaikt-malaikat lainnya.
Dalam literatur tasyawuf, ternyata bukan hanya para nabi yang dapat mengakses alam barzakh dengan alam mitsalnya, para wali auliya’ dan orang-orang pilihan Tuhan pun melakukannya. Kitab jami’ Karamat al-Auliya’’ karya syekh yusuf bin isamail al-Nabhani (2 jilid) mengungkapa sekitar 695 nama kemampuan mengakses alam mitsal.
Hal itu di tandai dengan kemampuan mereka melakukan sesuatu yang bisa di sebut dengan ‘perbuatan luar biasa’ (khariq li al ‘adah) atau karamah. Ternyata, banyak sekali di antara mereka yang dapat berkomunikasi aktif dengan Rasulullah, antara lain, Imam al Ghazali dan Ibnu ‘Arabi sebagaimana di uraikan dalam judul yang terdahulu.
Jika Allah menghendaki, dia memberi kemampuan kepada kekasih_NYA mengakses alam terjauh sekalipun, seperti di jelaskan dalam firman-NYA, “(Dialah) yang Maha Tinggi derajat-NYA, yang memiliki Arasy’ yang meurunkan wahyu dengan perintahNYA kepada siapa yang di kehendaki di antara hamba-hamba-NYA agar memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).” (QS.al-mu’min/40:15).
Alam mitsal merupakan dambaan para pencari Tuhan (salik/murid). Namun, disini perlu di tegaskan, jangan ada yang menjadikan alam mitsal sebagai tujuan. Mujahadah dan riyadhoh semata-mata dilakukan untuk memohon ridha Allah, bukan untuk mencapai karamah atau untuk mengakses alam mitsal. (.Nazaruddin Umar .jumat 18 maret 2011 R)
“seandainya bukan karena setan menyelimuti jiwa anak cucu adam, niscaya mereka menyaksikan malaikat di langit.”[HR Ahmad]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar