CANTIK DIBALIK KERUDUNG

“Wanita sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menutupi bentuk tubhnya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari Kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada dibalikmya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari keihklasan ia memberikan kebaikan itu. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keahlihannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauhmana ia berani mempertaruhkan kehormatannya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari kekawatirannya digoda orang lain dijalan, tetapi dilihat dari kekawatirannya yang mengundang orang lain jadi tergoda. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan syukur. Dan ingatlah..........!!!!!!!! Wanita sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatanya dalam bergaul....... Wassalam........... “semoga bisa menjadikan kita bertafakkur ya ikhwati”

Rabu, 20 April 2011

APA ITU MAQAM AHADIYYAH dan WAHIDIYYAH?...

TASYAWUF

Habib Alwi bin Muhammad al- Hadad
Ibarat selembar kertas yang memilik dua sisi. Salah satu sisinya kosong dan sisi lainnya berisi tulisan. Sisi yang kosong tidak bisa di jelaskan sedangkan sisi yang sebelahnya dapat si jelaskan karena ada kalimat-kalimat penjelasnya. Jika ini di analogikan dengan wacana maqam Ahadiyyah dan maqam Wahidiyyah, halaman yang kosong ibarat Ahadiyyah (the Divine Nothingness).
Dalam kitab-kitab tasyawuf, maqam ini sering di sebut sebagai Sir al-asraf/sacred of the sacred. Maqam Ahadiyyah juga sering di sebut “Gudang yang tersembunyi” atau Gayb al-Guyub, Haqiqat al-haqaiq. Sedangkan maqam Wahidiyyah dapat dikatakan sebagai manifestasi sempurna (kamal al-istijla’) dari maqam Ahadiyyah.
Maqam Wahidiyyah ini banyak di bicarakan ketika kita membahas konsep al-A’yan al-Tsabitah pada artikel minggu lalu. Al-a’yan al-Tsabitah, suatu maqam yang di atas alam jabarrut, tetapi masih berada wilayah di maqamWahidiyyah. Itu sebabnya, maqam Wahidiyyah disebut Ta’ayyun kedua dan Ta’ayyun pertama ialah Maqam Ahadiyyah.

Dalam Ta’ayun pertama (Ahadiyyah) nama-nama dan sifat (al-asma’ wa al aushaf) masih belum teridentifikasi dengan jelas dan semuanya masih tenggelam dalam keesaan diri-Nya. Oleh karena itu, maqam Ahadiyyah disebut juga dengan jam al- jam’ atau Ahadiyyah al-Ahad menurut istilah Ibnu ‘Arabi.
Sedangkan Maqam Wahidiyyah sudah ada unsur distingsi dan identifikasi nama-nama dan sifat-sifat. Nama-nama dan sifat-sifat Tuhan berada di dalam Maqam Wahidiyyah karena merupakan hakikat yang menyingkapkan diri-Nya. Dalam ilmu tasyawuf di sebut madhahir al-asma’ atau al ’ayan.
Kita tidak mungkin bisa mengenal diri-Nya melalui martabat Ahadiyyah maka ia memperkenalkan diri-Nya sendiri, yang tentu saja sejauh Tuhan mengugkapkan diri-Nya. Dari sini bisa di pahami bahwa 99 nama Indah Tuhan yang dikenal dengan al-Asma’ al-Husna, bisa merupakan jendela untuk mengintip, mengenal, dan mendekati Tuhan.
Seperti disebutkan dalam al-quran, “dan Allah memiliki al-Asmaul Husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut al-Asma’ al-Husna itu.”(QS al-araf [7]:180). Nama-nama inilah yang pertama kali di ajarkan oleh Allah SWT kepada Adam, yang membuat malaikat takjub kepadanya.
Dalam Alqur’an di sebutkan,”dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:” sebutkanlah kepada-KU nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab: ‘Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana’.” (QS Al-Baqarah [2]:31-32).
Tentang rahasia nama-nama indah Allah akan di bahas dalam suatu artikel tersendiri yang akan datang. Manifestasi maqam Ahadiyyah ke maqam Wahidiyyah di terangkan dalam hadits qudsi bahwa: “Aku pada mulanya harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin di kenal maka kuciptakan makhluk dan melalui Aku mereka pun kenal pada-Ku.”
Dalam beberapa kitab tasyawuf di jelaskan ketika Allah sedang menyadari diri-Nya (subject conciusness) maka saat itu muncul subjek dan objek dan muncul determinasi (mu’ayyan), manifestasi, spesifikasi. Ketika itu Al-Haq tanazul (descended) dari kemutlakan-Nya menjadi partikulasi.
Ada yang sadar, ada yang di sadari meskipun subjek dan objek itu masih tetap satu atau tunggal. Namun, ketunggalan di sini oleh Ibnu ‘Arabi di sebut Ahadiyyah al Wahid, yaitu ketunggalan relatif atau ketunggalan dari yang banyak. Berbeda di level Ahadiyyah, Allah betul-betul berada dalam ketunggalan atau keesaan mutlak sehingga di sebut Ahadiyyah al-Ahad.
Meskipun di bedakan anatara maqam Ahadiyyah dan Maqam Wahidiyyah, kedudukannya tidak bisa di pisahkan. Satu wujud eksistensi dan yang lainnya haqiqah (reality), ‘ain (entity), sya’i (thing), dan ma’lum (pengetahuan illahi). Wujud dalam diri-Nya sendiri dalam level Ahadiyyah tidak dapat di definisikan dan di ketahui (unknowable).
Sedangkan di level Wahidiyyah ialah wujud yang dapat di ketahui melalui realitas yang termanifestasikan oleh atau sejauh yang di tentukan dan di definisikan oleh diriNya sendiri. Wujud yang Maha tinggi memang tidak tampak pada diri-Nya sendiri, tetapi menyebabkan segala sesuatu selain diriNya menjadi tampak.
Ilustrasi sederhananya, seperti ombak dengan laut, matahari dengan cahanya, api dan panasnya. Tidak mungkin ada ombak tanpa laut, tidak mungkin ada cahaya tanpa ada sumber cahaya, dan tidak mungkin ada panas tanpa ada sumber panasnya. Ombak adalah akibat atau reaksi adanya laut yang menjadi sebab.
Para teolog dan kalangan Arifin beranggapan bahwa manisfestasi dan tajalli dari Ahadiyyah ke Wahidiyyah dan seterusnya ke wujud aktual menjadi pangkal permulaan makhluk. Berawal dari potensi wujud (wjud al-ilmi) atau yang biasa di sebut dengan al-A’ayan sl-Tsabitah, kemudian menjelma menjadi wujud aktual (wujud al-khariji).
Lalu, dari al-khoriji dan seterusnya sampai pada alam syahadah mutlak di sebut makhluk atau maj’ul. Di dalam bahasa Alquran sesuatu yang bersifat ciptaan awal (the firs t creation) biasanya di ungkapkan dengan menggunakan khalaqa, sedangkan untuk ciptaan kedua (the scond creations) atau kejadian yang berkelanjutan (cintinum creations) di ungkapkan dalam kata ja’ala. Jadi, ada makhluk ada maj’ul.
Sang kholiq atau ja’il sering disebut dengan al-haq, sementara makhluk dan maj’ul, yaitu alam semesta termasuk manusia disebut al-khalq. Antara al-haq dan al-Khalq sesuatu yang berbeda, tetapi tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Inilah yang di ungkapkan dalam syair Jalaluddin Rumi, “jika engkau bicara soal ketakterbandingan, engkau telah membatasi. Jika engkau bicara soal keserupaan engkau juga membatasi, jika engkau membicarakan keduanya itu yang tepat dan engkau mencapai makrifat.”
Maqam Wahidiyyah sering di sebut maqam antara (barzahk) karena posisinya berada diantara al-haq dan khalq. Akan tetapi, barzakh disini tidak sama dengan Alam barzakh atau alam mitsal sebagai mana disebutkan dalam artikel terdahulu, karena Alam barzakh masih makhluk sedangkan Maqam barzakh Wahidiyyah belum termasuk makhluk.
Penjelasan lebih lengkap tentang maqam Ahadiyyah dan Maqam Wahdiyyah akan lebih lengkap setelah nanti kita membahas nama-nama dan sifat-sifat Tuhan. Mungkin kita bisa terbantuuntuk memahami dua maqam ini melalui pembahasan spiritual puncak beberapa agama lain. Wallahu a’lam. Dialog jumat 15 april 2011 republika, tasyawuf, prof Dr Nazaruddin umar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Imansipasi wanita

Imansipasi wanita
imansipasi wanita sering diterjemahkan atau diartikan dengan salah kaprah, bahwasanya kedudukan seoarang wanita harus sama dengan laki-laki dari sisi apapun. padahal dalam islam masalah imansipasi wanita sudah diatur begitu rapi oleh Alquran, tapi seseorang yang belum begitu faham dengan ajaran Islam pastilah mereka menafsirkan sebatas dengan pengetahuan akalnya, contoh imansipasi wanita dalam islam yaitu: Allah mewajibkan laki-laki dan perempuan sholat, islam tidak melarang seorang wanita mengerjakan pekerjaan seorang pria dengan tidak melanggar aturan-aturan syariat islam, wanita juga dibolehkan untuk mengangkat senjata (menjadi tentara) selama itu dibutuhkan, atau mempertahankan agama dan negara. wanita menjadi tentera tidak harus sama pakaiannya sebagaimana tentara laki-laki, wanita tetap diwajibkan untuk menutup auratnya, sehingga mereka tidak perlu membuka auratnya,

MENURUT anda bagaimanakah tentang blog ini...?

SETITIK MUTIARA WALISONGO

Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT. Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisoongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah 1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan. 2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak. 3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan. 4. Senjoto Kalimosodo Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat) 5. Digdoyo Tanpo Aji Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata. 6. Perang Tanpo tanding Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini. 7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya. 8. Mulyo Tanpo Punggowo Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan. 9. Sugih Tanpo Bondo Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia. Semboyan seperti diatas sudah banyak dilupakan umat islam masa kini. Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan kalijogo diantaranya adalah : 1. Yen kali ilang kedunge 2. Yen pasar ilang kumandange 3. Yen wong wadon ilang wirange 4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT. Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya : 1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang 2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT 3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan 4. Semangat berkorban harta dan jiwa 5. Selau memperbaiki diri 6. Mencari ridho Allah SWT 7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan 8. Sabar menjalani kesulitan 9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT 10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha 11. Istiqomah seperti unta 12. Tawadhu seperti bumi 13. Tegar seperti gunung 14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit. 15. berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.

SELAMAT MEMBACA

KEPUASAN ANDA ADALAH PENGHARGAAN BAGI KAMI.
APATIS ANDA ADALAH BLUM MEMPELAJARI KAMI.
KRITIK ANDA ADALAH INTROPEKSI DIRI KAMI.