CANTIK DIBALIK KERUDUNG

“Wanita sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menutupi bentuk tubhnya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari Kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada dibalikmya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari keihklasan ia memberikan kebaikan itu. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keahlihannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauhmana ia berani mempertaruhkan kehormatannya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari kekawatirannya digoda orang lain dijalan, tetapi dilihat dari kekawatirannya yang mengundang orang lain jadi tergoda. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan syukur. Dan ingatlah..........!!!!!!!! Wanita sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatanya dalam bergaul....... Wassalam........... “semoga bisa menjadikan kita bertafakkur ya ikhwati”

Minggu, 23 Oktober 2011

MAQAM AL-JAM’IYYAH AL-ILAHIYAYAH (1)


KH. Munif Zuhri Al-Hadi

Sifat dan asma’dapat dikategorikan dalam dua kategori, yaitu sifat jalaliyyah dan jamaliyyah. Sifat jalaliyyah ialah sifat yang menggambarkan ke-mahaperkasaan dan kemahakerasan Allah. Satu-satunya makhluk yang mampu mengaktualisasikan sekaligus menjadi lokus penamppakan (mazhhar) asma dan aushaf (sifat) Allah hanyalah manusia. Dan, itulah mengapa manusia dipilih menjadi kalifahNYa.
Makhluk-makhluk lain, termasuk malaikat, hanya mampu mengaktualisasikan sekaligus menjadi mazhar lokus sifat jamaliyyah-Nya karena mereka tidak memiliki kekuatan jalaliyyah, yaitu kekuatan amarah (al-quwwah al-gadhabiyyah) dan kekuatan birahi (al-quwah al-syahwatiyyah). Malaikat melakukan “protes” terhadap rencana Tuhan menciptakan manusia, apalagi sebagai khalifah di bumi karena khawatir akan kedua kekuatan tersebut . padahal, jusrtu kekuatan jaliyyah itu (tentunya disamping kekuatan jamaliyyah) menjadi keunggulan manusia. Setelah Allah menunjukkan kehebatan manusia maka para malaikat sujud kepada manusia(Adam). (Qs al-baqarah[2]:30)

Konsekuensi penggabungan kedua kekuatan tersebut (jalaliyyah dan jamaliyyah)membuat manusia bisa mengemban fungsinya sebagai kalifah. Fungsi inilah yang memungkinkan manusia melahirkan peradaban. Manusia juga satu-satunya makhluk yang menurut S H Nasr disebut makhluk eksistensialis yaitu mkhluk yang bisa turun naik derajatnya di sisi Allah. Manusia memiliki potensi dan kemampuan untuk menjadi mkhluk termulia (ahksanu Taqwim) (QS at-Tin[95]:4), hingga menembus sidratil Muntaha. Tapi, manusia juga bisa jatuh ke lembah paling hina (asfalassafilin) (QS at-Tin [95]:5), bahkan bisa lebih rendah dari binatang.(QS al-A’raf[7]:19).
Malaikat tidak mungkin berdosa karena tidak memiliki quwwatul jalaliyyah. Mereka hanya memiliki quwwatul jamaliyyah sebagaimana makhluk Tuhan lainnya. Malaikat dan makhluk lainnya hanya bisa merepresentasikan aspek perbedaan dan ketakterbandingan (tanzih), tetapi tidak bisa merepresentasikan aspek keserupaan dan keterbandingan (tasybih). Sebaliknya, manusia dengan kombinasi kekuatan jamaliyyah dan jalaliyyah mampu mencapai maqam “sintesa ketuhanan” (al-jam’iyyat al- ilahiyyah). Manusia mampu menampilkan sifat jalaliyyah dismaping sifat jamaliyyah.
Manusia yang sudah mencapai ma’rifat tingkat lebih tinggi akan memahami sekaligus menyadari sepenuhnya setiap akibat atau kenyataan apa pun yang menimpa dirinya merupakan konsekuensi dirinya sebagai makhluk lokus/mazhar Allah. Tidak mungkin manusia secara kolektif bersih dari dosa seperti halnya maliakat. Manusia sengaja diciptakan untuk mazhhar sejumlah asma’ dan sifat-sifat Allah. Misalnya, Allah mempunyai nama dan sifat Maha pencipta (al-kholiq) dan Maha Pemberi (al-Wahhab). Sulit kita bayangkan Tuhan maha pencipta dan Maha Pemberi tanpa ada nakhluk dan objek yang akan menerima pemberian. Sulit dipahami Allah sebagai Tuhan (Rabb), tanpa ada penyembah-Nya (marbub) atau ilah tanpa ma’lu.
Demikian pula, Maha penerima taubat (at-Tawab), Maha Pengampun (al-Ghofur), dan Maha pemaaf (al-‘Afuw). Asma dan sifat-sifat itu sulit dipahami tanpa ada makhluk pendosa, Rasulullah pernah menjelaskan, “seandainya semua manusia tidak ada lagi yang berdosa maka Allah akan menciptakan makhluk lain yang berdosa.
Hanya disini perlu di tegaskan bahwa manusia sebagai makhluk yang ditakdirkan untuk berdosa tidak bisa di jadikan alasan pembenaran dosa. Meskipun Allah At-Tawwab, al-Gafur dan al-Afwu, tetapi Allah juga maha pembalas (al-Muntaqim) dan Maha Adil (al-adl). Siapa tahu bukan diri kita yang didatangi Tuhan bukan sebagai al-Tawwab, al-Gafur, dan al-Afwu maka malapetaka bagi kita. Namun, jika kita sudah terlanjur berdosa maka Allah berhak membukakan pintu maaf bagi yang dikehendakinya.
Konsekuensi manusia sebagai penyandang al-jam’iyyatul ilahiyyah, harus menyadari bahwa hidup ini tidak hanya datar, penuh keindahan, kebahagiaan, dan kedamaian. tetapi, hidup manusia juga penuh kesulitan, kesusahan, dan penderitaan.
Manusia bukan malaikat yang sepanjang hidupnya jamaliyyah atau mungkin iblis sepanjang hidupnya jalaliyyah. Manusia harus bersedia menjalani kehidupannya penuh dengan tawa dan tangis, berimbang antara harapan(raja’) dan ketakutan (khauf), terkadang berperasaan jauh dengan Tuhan (tanazzuh), terkadang pula berperasaan sangat dekat (tasybih), bahkan menyatu dengan Tuhan (ittihad).
Itulah manusia, senantiasa dibayangi mix feeling dan fluktuasi kehidupan. Untuk mengatasinya masalah ini, ada al-Qur’an dan Hadits Nabi yang dapt dijadikan penuntun dan kekuatan stabilisator dalam menjalani kehidupan.
Orang yang sudah mencapai makrifat sulit membedakan antara seonggok batu dan seonggok berlian atau antara musibah dan rahmat. Mereka merasakan keindahan keduanya. Tidak ada lagi kutub yang berbeda. Hanya orang yang belum mencapai tingkat makrifat yang sulit mengerti nama dan sifat Allah al-Awwal dan al-Akhir serta az-Zhahir dan al-Bathin.
Jika seseorang selalu saja mengelak dan membenci musibah serta terus berharap dan mencintai rahmat-Nya maka itu pertanda masih kuatnya ego yang bersangkutan. Jika ego manusia sudah tenggelam, apapun yang datang kepadanya adalah nikmat. Karena, ia sudah meniru kehidupan malaikat yang dipadati kekuatan jamaliyyah, Allahu alam.
Dalam kitab-kitab tafsir Syiah dan umumnya para sufi secara terus terang mengatakan bahwa roh yang ada di dalam diri Adam, “Wa nafakhtu fihi min ruhi (kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku)”, (QS al-Hijr [15]:29), yaitu “roh dari tuhan”. Karena itu, setelah penciptaan unsur ketiga ini selesai maka para makhluk lain termasuk, para malaikat dan jin, bersujud kepadanya dan alam raya pun ditundukkan (taskhir) kepada Adam. Unsur ketiga ini pulalah yang mendukung kapasitas manusia sebagai kalifah (representatif) tuhan di bumi (QS al-An’am[6]:165) di samping sebagai hamba (QS az-Dzariaat[51]:56).
Meskipun memiliki unsur ketiga, manusia akan tetap menjadi satu-satunya makhluk eksistensialis. Karena, hanya makhluk ini yang bisa turun  naik derajatnya di sisi Tuhan. Sekalipun manusia ciptaan terbaik (akhsan taqwim) (QS at-tiin[95]:4), ia tidak mustahil akan turun ke derajat “paling rendah” (asfala safilin) (QS At-tiin[95]:5), bahkan bisa lebih rendah daripada binatang (QS al-A’raf[7]:179).
Eksistensi kesempurnaan dapat dicapai manakala ia mampu menyinergikan secara seimbang potensi kecerdasan yang dimilikinya. Yaitu, kecerdasan unsur jasad (IQ), kecerdasan nafsani (EQ), dan kecerdasac rohani (SI).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Imansipasi wanita

Imansipasi wanita
imansipasi wanita sering diterjemahkan atau diartikan dengan salah kaprah, bahwasanya kedudukan seoarang wanita harus sama dengan laki-laki dari sisi apapun. padahal dalam islam masalah imansipasi wanita sudah diatur begitu rapi oleh Alquran, tapi seseorang yang belum begitu faham dengan ajaran Islam pastilah mereka menafsirkan sebatas dengan pengetahuan akalnya, contoh imansipasi wanita dalam islam yaitu: Allah mewajibkan laki-laki dan perempuan sholat, islam tidak melarang seorang wanita mengerjakan pekerjaan seorang pria dengan tidak melanggar aturan-aturan syariat islam, wanita juga dibolehkan untuk mengangkat senjata (menjadi tentara) selama itu dibutuhkan, atau mempertahankan agama dan negara. wanita menjadi tentera tidak harus sama pakaiannya sebagaimana tentara laki-laki, wanita tetap diwajibkan untuk menutup auratnya, sehingga mereka tidak perlu membuka auratnya,

MENURUT anda bagaimanakah tentang blog ini...?

SETITIK MUTIARA WALISONGO

Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT. Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisoongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah 1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan. 2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak. 3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan. 4. Senjoto Kalimosodo Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat) 5. Digdoyo Tanpo Aji Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata. 6. Perang Tanpo tanding Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini. 7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya. 8. Mulyo Tanpo Punggowo Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan. 9. Sugih Tanpo Bondo Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia. Semboyan seperti diatas sudah banyak dilupakan umat islam masa kini. Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan kalijogo diantaranya adalah : 1. Yen kali ilang kedunge 2. Yen pasar ilang kumandange 3. Yen wong wadon ilang wirange 4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT. Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya : 1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang 2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT 3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan 4. Semangat berkorban harta dan jiwa 5. Selau memperbaiki diri 6. Mencari ridho Allah SWT 7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan 8. Sabar menjalani kesulitan 9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT 10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha 11. Istiqomah seperti unta 12. Tawadhu seperti bumi 13. Tegar seperti gunung 14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit. 15. berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.

SELAMAT MEMBACA

KEPUASAN ANDA ADALAH PENGHARGAAN BAGI KAMI.
APATIS ANDA ADALAH BLUM MEMPELAJARI KAMI.
KRITIK ANDA ADALAH INTROPEKSI DIRI KAMI.