BAB I BIOGRAFI JOHN LOCKE
A.
Kelahiran dan Pendidikan
John Locke
dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset. Keluarganya berasal dari kelas menengah dan
ayahnya memiliki beberapa rumah dan tanah di sekitar Pensford, sebuah
kota kecil di bagian selatan Bristol. Selain bekerja sebagai pemilik tanah, ayah Locke
bekerja juga sebagai pengacara dan melakukan tugas-tugas administratif di
pemerintahan lokal.
Pada tahun
1647, Locke belajar di Sekolah Westminster, yang pada waktu itu
merupakan sekolah terkenal di Inggris. Pendidikan di sana berpusat pada
pelajaran bahasa-bahasa kuno,
yaitu pertama-tama bahasa
Latin, kemudian bahasa Yunani, dan juga bahasa
Ibrani. Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa untuk
menempuh pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church),
Oxford, dan
tinggal di sana sejak bulan Mei 1652.
Di sekolah
itu, Locke kurang menyukai metode skolastik
dalam berdebat dan juga tema-tema metafisika dan
logika. Karena
itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang mengesankan ketika ia mendapatkan gelar
hingga strata dua Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca
karya-karya sastra,
seperti drama, roman, dan
sebagainya.
Setelah itu,
Locke mulai menyenangi bidang medis, sebagaimana tertulis di dalam beberapa
catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode akhir dekade 1650-an. Ia
membuat banyak catatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan dan
pengobatan.
Melalui
minatnya dalam bidang medis, Locke mulai meminati filsafat
alam sejak tahun 1658. Pada awal tahun 1660, ia berjumpa dengan Robert
Boyle yang akan banyak memengaruhinya kelak. Sejak tahun 1660, Locke
menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang
dimulai dengan membaca karya Boyle. Selain itu, ia juga mulai rajin membaca
karya-karya Descartes.
Perhatian
Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis dan filsafat alam
saja, namun juga kepada bidang politik. Situasi politik di Inggris pada waktu itu memang
sedang bergejolak. Cromwell, yang pada waktu itu telah mengubah sistem
politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di
bawah pemerintahan Raja Charles II. Charles II menghendaki
pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara dan gereja
Inggris, dan Locke pada waktu itu mendukung pemerintahan Charles II. Pada
bulan November hingga Desember 1660, ia membuat suatu karangan singkat untuk
menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil
dalam menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan. Kemudian pada tahun 1661-1662,
Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin. Karya pertama menegaskan lagi
tesis yang dipakai untuk melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua berisi
penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma yang menyatakan Alkitab perlu
ditafsir tanpa ada kesalahan melalui lembaga magisterium.
Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja
Anglikan dalam mempertahankan pendapatnya.
Pada tahun
1661, Locke diangkat menjadi dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya belajar dulu. Ia
mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin. Kemudian pada tahun 1664, ia menjadi
petugas sensor dalam bidang filsafat moral. Selama periode ini, Locke melanjutkan minatnya
pada bidang pengobatan dan filsafat alam. Kemudian Locke belajar kepada Thomas
Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663
kepada Boyle. Selain itu, Locke juga membantu penelitian-penelitian yang mereka
lakukan.
Pada tahun
1665, Locke mendapat kesempatan untuk menjadi sekretaris
Walter Vane yang bertugas melakukan misi diplomatik ke beberapa negara. Locke
meninggalkan Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari.
Melalui surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati kunjungan luar
negeri pertamanya itu. Setelah itu, Locke ditawarkan pekerjaan menjadi
sekretaris untuk pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun ia
menolak. Sekembalinya Locke ke Oxford, ia melanjutkan studinya dalam bidang
kimia dan fisiologi.
Pada tahun
1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di kemudian hari membuat perubahan
besar dalam hidup Locke. Di tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London untuk
bekerja di rumah Lord Ashley. Locke tinggal di sini selama delapan tahun. Selama
di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ ia
mendapatkan pengalaman langsung dalam soal-soal klinis karena ia menjadi
asisten dari Thomas Sydenham yang adalah seorang dokter. Locke
menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga membuat
catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan. Di sini, Locke membuat catatan
yang akhirnya dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya
dipakai pendekatan empiris.
Pada tahun
1668, Lord Ashley mengalami gangguan kesehatan yang cukup parah. Locke
melakukan operasi terhadap liver Lord Ashley dan keadaannya semakin membaik. Karena itu,
Lord Ashley menganggap Locke sebagai penyelamat hidupnya. Setelah itu, untuk
mendukung studi Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium
di rumahnya.
Selain
meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan dengan praktik langsung bersama
Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke
dalam bidang politik. Setahun setelah datang ke London, Locke menulis
"Essay tentang Toleransi" yang isinya amat berbeda dengan dua karya
yang ia tulis pada tahun 1660-1662. Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan
Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina,
khususnya dalam membuat konstitusi Carolina. Locke menjalani tugasnya dalam
membantu Lord Ashley hingga ia meninggalkan Inggris menuju Perancis pada
tahun 1675.
B. Di Perancis
Hingga tahun 1670, Locke belum dapat
dikatakan sebagai seorang filsuf. Akan tetapi, ia mulai mengorganisir suatu
pertemuan dengan beberapa temannya untuk berdiskusi mengenai topik-topik
tertentu. Ada tulisan tentang epistemologi yang
ditulis pada tahun 1671 berdasarkan diskusi-diskusi yang dilakukan Locke.
Selama tahun 1672 hingga 1675,
kebanyakan waktu Locke dipakai untuk mengerjakan tugas-tugas administratif.
Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley
diangkat sebagai pangeran dari Shaftesbury dan Locke
tetap membantunya hingga Lord Ashley keluar dari jabatan tersebut pada tahun 1673. Pada bulan
November 1675, tugas Locke usai dan Locke pergi ke Perancis. Locke tinggal di sana selama kurang lebih tiga
setengah tahun. Pada tanggal
4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana ia
tinggal selama setahun. Ia
berteman dengan dua dokter Protestan yang
bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta
seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang
menjadi guru bahasa Perancis bagi Locke. Setelah mempelajari bahasa Perancis,
Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa Perancis.
Selama di Montpellier, Locke
meneruskan pembelajarannya dalam bidang filsafat, sebagaimana tertulis di dalam
jurnal pribadinya. Bulan Februari 1677,
Locke meninggalkan Montpellier dan menuju Paris. Ia bermukim sebentar di Paris lalu
pergi ke beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.
C. Kembali ke Inggris dan pergi ke Belanda
Ketika Locke
memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris
sedang mengalami krisis. Terdapat rumor yang menyatakan akan terjadinya
pembunuhan terhadap Raja Charles II untuk digantikan dengan saudaranya, James,
yang beragama Katolik. Selama empat tahun berikutnya, hingga Locke melarikan
diri ke Belanda untuk
mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian kepada politik. Hal itu disebabkan Lord Ashley, yang merupakan
sahabat Locke, adalah salah satu pemimpin kaum yang anti terhadap pemerintahan
Raja Charles II.
Raja Charles
II melihat Lord Ashley sebagai musuhnya yang amat berbahaya dan ingin
membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal. Hal itu mendorong Lord Ashley untuk melarikan
diri dari Inggris menuju Belanda pada akhir tahun 1682 dan meninggal di Belanda
pada bulan Januari 1683. Kehidupan Locke di Inggris turut terancam
karena gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II masih terus ada
sehingga ia terus dicurigai sebagai pengkhianat oleh pemerintah. Akhirnya,
Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.
Buku Locke
yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" ditulis
ketika Locke berada di Belanda. Tentu saja proses penulisan buku itu telah
dimulai sebelumnya. Di dalam
karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha"
karangan Robert Filmer karena Filmer menganjurkan monarki absolut.
Buku
tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam bidang politik pada periode ini.
Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku untuk menyerang kaum Protestan
Inggris yang tidak mau menerima Gereja Anglikan. Jikalau pada tahun 1660-1662
Locke pernah berdebat untuk membela Gereja Anglikan, kini justru Locke
menyanggah posisi Gereja Anglikan. Locke menulis karya yang menyanggah buku
Stillingfleet bersama dengan seorang teman dari Oxford yang bernama James Tyrrell.
Di Belanda,
Locke melakukan kontak kepada beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan
diri juga. Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian
orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke harus bersembunyi dan
berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685. Di sinilah Locke menyelesaikan
karya terpenting lainnya, "Essay tentang Pemahaman Manusia", yang
mana ia kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati. Pada
akhir tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu hampir selesai dan menyerupai
bentuk akhir yang ada saat ini.
Dalam
mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi karena pekerjaannya dalam
menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi". Karya itu dikerjakan
selama tahun 1685 hingga 1686 di Amsterdam. Locke
memang telah lama bergumul soal toleransi agama sesuai konteks politik Inggris,
namun dorongan langsung terhadap pembuatan karya itu adalah pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan
Oktober 1685. Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya
itu ditujukan Locke kepada pembaca Eropa secara luas. Karya itu terbit pada
bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara
anonim.
D. Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari Orange
Situasi politik Inggris kembali
berubah ketika William dari Orange berhasil menjadi pemimpin Inggris dan menyebabkan James II harus
melarikan diri dari Inggris. Locke kini dapat pulang dengan tenang ke Inggris
pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari posisi sebagai diplomat namun ia
menolak karena alasan kesehatan.
Pada tahun 1689, Locke bertemu dan
menjalin hubungan dengan Newton. Locke menjadi salah satu pembaca pertama dari
"Principia", karya penting Newton. Keduanya juga sering bertemu untuk
berdiskusi dan mengirim surat untuk membahas topik-topik tertentu. Topik yang
menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu alam tetapi penafsiran Alkitab.
Setelah bukunya "Essay tentang Pemahaman
Manusia" terbit, ia segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga
buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan". Selain itu, buku
"Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diterjemahkan dalam
bahasa Inggris oleh William Popple. Setelah diterbitkan pada bulan Oktober
1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan beragam reaksi. Salah satu yang menanggapi buku itu dengan
keras adalah Jonas Proast pada tahun
1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama. Akan tetapi,
identitas Locke tetap menjadi rahasia. Perdebatan mereka berlanjut hingga Juni 1692
ketika Locke menulis "Surat Ketiga tentang Toleransi", dan Proast
tidak menanggapi lagi.
Setelah Locke kembali ke Inggris,
Locke menetap beberapa waktu di London. Ia kehilangan posisinya di Sekolah
Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya kembali. Pada awal tahun
1691, ia diundang untuk tinggal di Oates, Essex bagian utara, yang merupakan
kediaman Francis Masham. Istri Masham, Damaris, adalah anak
dari Ralph Cudworth dan merupakan teman diskusi Locke melalui surat
selama bertahun-tahun. Akhirnya, Oates menjadi kediaman Locke sepanjang sisa
hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London karena
beberapa urusannya di pemerintahan.
Setelah itu, Locke berupaya
menyelesaikan karya lainnya dalam bidang pendidikan, "Beberapa Pemikiran
tentang Pendidikan". Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan
edisi baru berisi penambahan materi terbit dua tahun kemudian. Pada tahun 1695,
Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama
Kristen" (The Reasonableness of Christianity. Sebagaimana
"Surat-Surat tentang Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara
anonim dan segera menimbulkan kontroversi. Kontroversi itu muncul karena
pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama
Kristen. Lawan polemik Locke kali ini adalah John Edwards, dan
polemik mereka berdua terjadi hingga tahun 1697.
Pada bulan-bulan awal tahun 1696,
Locke menghabiskan waktunya untuk beristirahat di Oates. Pada bulan
Juni, ia mulai melakukan pekerjaannya untuk pemerintah, khususnya dalam bidang
ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun berikutnya. Selain mengurus
masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan Edward
Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan. Polemik mereka berlangsung dari
bulan November 1696 hingga akhir tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet
menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.
E.
Masa Akhir
hidup
Pada bulan Juni 1700, Locke pensiun
dari pekerjaannya di pemerintahan. Ia menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun
dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London. Meskipun demikian,
Locke masih mengerjakan tulisan lainnya yang berjudul "Parafrase dan
Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the
Epistles of St Paul). Karya ini menyatakan kedalaman karakter religius dari
pemikiran Locke.
Kesehatan Locke makin menurun dalam
tahun-tahun terakhir kehidupannya dan ia menderita penyakit asma. Kunjungan terakhirnya ke London pada
bulan Januari 1698 karena dipanggil oleh Raja William III membuat kesehatannya
semakin buruk.
Bulan-bulan akhir tahun 1704
merupakan saat-saat terakhir kehidupannya. Ia meninggal tanggal 28 Oktober 1704
dan dikuburkan di High Laver.
BAB II PEMIKIRAN
a. Tentang Pengetahuan
Salah satu
pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat adalah
mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan
bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuannya. Menurut Locke, seluruh
pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi
empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis
yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio
atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di
dalam proses manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat
bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu
belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti
sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya
dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi
untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga
sumber utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
b. Tentang Manusia Mendapatkan Pengetahuan
Dari
perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman
batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple
ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris. Ada empat jenis pandangan sederhana:
1.
Pandangan
yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna diterima oleh
mata, dan bunyi
diterima oleh telinga.
2.
Pandangan
yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.
3.
Pandangan
yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.
4.
Pandangan
yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan dan refleksi. Misalnya,
rasa tertarik, rasa heran, dan waktu.
Di dalam
proses terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran
manusia bersifat pasif atau belum berfungsi. Setelah pandangan-pandangan
sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk
'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas). Rasio bekerja membentuk
pandangan kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan
menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut
c. Tentang
Hubungan Agama dan Negara
Pandangan
Locke lain yang penting dan masih berhubungan dengan konsep negara adalah
mengenai hubungan antara agama dan negara. Pemikiran Locke mengenai hal ini
terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Mengenai Toleransi' (Letters
of Toleration). Locke menyatakan bahwa perlu ada pemisahan tegas antara
urusan agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah berbeda. Negara
tidak boleh menganut agama apapun, apalagi jika membatasi atau meniadakan suatu
agama. Tujuan negara adalah melindungi hak-hak dasar warganya di dunia ini
sedangkan tujuan agama adalah mengusahakan keselamatan jiwa manusia
untuk kehidupan abadi di akhirat kelak setelah kematian. Jadi,
negara berfungsi untuk memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama
berfungsi untuk menjalankan ibadah kepada Tuhan dan mencapai kehidupan kekal. Agama adalah
urusan pribadi, berbeda dengan negara yang merupakan urusan masyarakat umum. Pemisahan
antara keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri
urusan yang lain. Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius
manusia, sedangkan agama tidak boleh melakukan sesuatu yang dapat menghalangi
atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara. Bila negara hendak menghalangi
kebebasan beragama dari warganya, maka rakyat berhak untuk melawan.
d. Tentang Agama
Pandangan
Locke mengenai agama bersifat deistik. Ia menganggap agama Kristen adalah agama
yang paling masuk akal dibandingkan agama-agama lain, karena ajaran-ajaran
Kristen dapat dibuktikan oleh akal manusia. Pengertian tentang Allah juga disusun
oleh pembuktian-pembuktian. Locke berangkat dari kenyataan bahwa manusia adalah
makhluk berakal budi, sehingga pastilah disebabkan karena adanya 'Tokoh
Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah. Ia meyakini bahwa Alkitab
ditulis oleh ilham Ilahi, namun ia juga menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi
haruslah diuji oleh rasio manusia.
BAB III PENGARUH
a. Dalam Filsafat Pengetahuan
Pemikiran
Locke tentang pengetahuan memiliki pengaruh besar terhadap para filsuf
setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant
di Jerman.
Pandangan Locke tentang proses manusia mendapat pengetahuan memiliki dua
implikasi penting. Pertama,
munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari pengalaman,
dan tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang
dikatakan Descartes. Kedua, semua hal yang manusia ketahui melalui pengalaman,
bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi
dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.
Pertama,
mengenai pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berarti segala pengetahuan
manusia sebenarnya hanya merupakan kait-mengait dari pengalaman-pengalaman
sederhana Konsep ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di
kemudian hari, dan akhirnya mendapat bentuk paling tajam di dalam filsafat
Kant, yang merupakan seorang filsuf paling berpengaruh di era filsafat
modern. Kant menolak semua kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak
dapat mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya. Lebih jauh, Kant
menyatakan bahwa pengetahuan atau pemikiran tentang Allah telah kehilangan
legitimasi karena tidak mungkin lagi, sebab Allah berada di luar jangkauan
indrawi manusia. Tentu saja pandangan Kant ini telah banyak dikritik, namun
pengaruhnya tetap besar.
Kedua,
bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi
yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu,
memiliki implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme. Maksudnya
subyektivisme adalah pandangan yang menolak adanya sesuatu yang obyektif, yang
berlaku umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme. Hal itu disebabkan
manusia yang satu dengan yang lain dapat menarik kesimpulan berbeda mengenai
kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda. Apa
yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak dapat
diketahui oleh manusia.
b. Dalam Bidang Politik
Pengaruh
pemikiran Locke dalam bidang politik amat besar di negara-negara Eropa, seperti
Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika
Serikat. Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan
Edwards, Hamilton,
dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik
Locke. Kemudian para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu,
juga dipengaruhi oleh Locke. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi
Perancis tanggal 14 Juli 1789.
c.
Kritik Terhadap Negara dan Agama
Dua kritikan
terhadap Negara dan Agama Menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, pertama.”Jikalau
tidak ada tempat bagi rakyat biasa untuk mengawasi jalannya pemerintahan, maka
pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya dapat saja disalahgunakan bagi
kepentingan pemerintah dan kaum bangsawan saja. Bila ini terjadi, rakyat tidak
dapat memperjuangkan kepentingannya melalui sistem negara yang ada, dan
akhirnya hanya akan membuat negara kembali ke "keadaan perang" karena
terjadi ketidakadilan. Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang
ingin diatasi Locke.??
Kedua “apakah pemisahan
itu sesuai dengan pandangan agama itu sendiri? Kebanyakan agama memiliki
pandangan bahwa agama harus ikut campur dalam soal-soal publik, seperti
keadilan sosial, wewenang pemerintahan,
dan tuntutan moral umum. Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali harus
berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan antara
agama dan agama seperti yang diusulkan Locke dapat melanggar keyakinan
agama-agama tertentu dan tidak dapat diterima.??...
d. Bibliografi Karya-Karya Utama Locke
·
(1689) "Sebuah Surat Perihal
Toleransi" (A Letter Concerning Toleration).
·
(1690) "Surat Kedua Perihal
Toleransi" (A Second Letter Concerning Toleration).
·
(1692) "Surat Ketiga Perihal
Toleransi" (A Third Letter for Toleration)
·
(1689) "Dua Tulisan tentang
Pemerintahan" (Two Treatises of Government)
·
(1690) "Essay Perihal
Pengetahuan Manusia" (An Essay Concerning Human Understanding)
·
(1693) "Beberapa Pemikiran
Perihal Pendidikan" (Some Thoughts Concerning Education)
·
(1695) "Kerasionalan Agama
Kristen, sebagaimana Dikatakan di dalam Alkitab" (The Reasonableness of
Christianity, as Delivered in the Scriptures).
·
(1695) "Mempertahankan
Kerasionalan Agama Kristen" (A Vindication of the Reasonableness of
Christianity)
Manuskrip yang belum dipublikasikan
atau dipublikasikan setelah neninggal
·
(1660) "Traktat Pertama tentang
Pemerintahan" (First Tract of Government atau the English Tract)
·
(sekitar tahun 1662) "Traktat
Kedua tentang Pemerintahan (Second Tract of Government atau the Latin
Tract)
·
(1664) "Pertanyaan-Pertanyaan
Perihal Hukum Alam" (Questions Concerning the Law of Nature)
*(1667) "Essay Perihal Toleransi" (Essay Concerning Toleration)
·
(1706) "Mengenai Proses
Mencapai Pemahaman" (Of the Conduct of the Understanding)
·
(1707)
"Parafrase dan Catatan-Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (A
Paraphrase and Notes on the Epistles of St. Paul)
KESIMPULAN
Dari bab-bab di atas yang saya uraikan, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa: John Lock hidup pada 29 agustus 1632 sampai dengan 28 Oktober 1704, dengan berbagai bidang pendidikan ia pelajari di kota-kota
besar Eropa, ia mengadopsi
berbagai pemikiran filosof seperti Plato, Aristoteles, Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Aquinas, Grotius, Samuel
Rutherford, Descartes, Hooker, Robert Filmer, Hobbes. Sehingga dia
meninggalpun pemikirannya di pakai oleh filosof-filosof periode setelahnya.
Menurut
Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah
posisi empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis yang
mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau
pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam
proses manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa
sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum
berfungsi atau masih kosong.
Pemikiran
Locke berpengruh besar di Negara-negara Eropa, sehingga pemikiran Locke juga
memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.
Manusia mulai dengan berfilsafat,
bila ia berpikir dengan teliti dan teratur untuk memecahkan problem-problem dan
memandang permasalahannya dari sudut yang hakiki. Maka dari itu pada hakekatnya.
Filsafat mengemukakan pandangan-pandangan yang bersifat akar dari ilmu yang
lain. Namun disamping itu antara ilmu filsafat dan ilmu-ilmu lain terdapat
kesamaan-kesamaan sifat, yaitu bahwa semuanya tertarik pada pengetahuan dan
masing-masing adalah lapangan yang mengadakan pemeriksaan dan penemuan,
mempunyai objek, metode penelitian dan sistem.
M.Noer Ali. Semarang 7 januari 2012
Refrensi:
2.
Ahmad
Tafsir, 2003, Filsafat Umum, Akal dan hati sejak Thales sampai Captra, Bandung
PT Remaja Rosdakarya.
3.
Ali
Maksum, 2011, Pengantar Filsafat, Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme,
Jogjakarta Ar-ruzz Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar