CANTIK DIBALIK KERUDUNG

“Wanita sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menutupi bentuk tubhnya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari Kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada dibalikmya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari keihklasan ia memberikan kebaikan itu. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keahlihannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauhmana ia berani mempertaruhkan kehormatannya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari kekawatirannya digoda orang lain dijalan, tetapi dilihat dari kekawatirannya yang mengundang orang lain jadi tergoda. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan syukur. Dan ingatlah..........!!!!!!!! Wanita sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatanya dalam bergaul....... Wassalam........... “semoga bisa menjadikan kita bertafakkur ya ikhwati”

Rabu, 11 Januari 2012

MENYINGKAP BIOGRAFI JOHN LOCKE


 BAB I BIOGRAFI JOHN LOCKE
A.   Kelahiran dan Pendidikan
John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.  Keluarganya berasal dari kelas menengah dan ayahnya memiliki beberapa rumah dan tanah di sekitar Pensford, sebuah kota kecil di bagian selatan Bristol. Selain bekerja sebagai pemilik tanah, ayah Locke bekerja juga sebagai pengacara dan melakukan tugas-tugas administratif di pemerintahan lokal.
Pada tahun 1647, Locke belajar di Sekolah Westminster, yang pada waktu itu merupakan sekolah terkenal di Inggris. Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa kuno,
yaitu pertama-tama bahasa Latin, kemudian bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani. Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana sejak bulan Mei 1652.
Di sekolah itu, Locke kurang menyukai metode skolastik dalam berdebat dan juga tema-tema metafisika dan logika. Karena itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang mengesankan ketika ia mendapatkan gelar hingga strata dua Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dan sebagainya.
Setelah itu, Locke mulai menyenangi bidang medis, sebagaimana tertulis di dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode akhir dekade 1650-an. Ia membuat banyak catatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan.
Melalui minatnya dalam bidang medis, Locke mulai meminati filsafat alam sejak tahun 1658. Pada awal tahun 1660, ia berjumpa dengan Robert Boyle yang akan banyak memengaruhinya kelak. Sejak tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang dimulai dengan membaca karya Boyle. Selain itu, ia juga mulai rajin membaca karya-karya Descartes.
Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis dan filsafat alam saja, namun juga kepada bidang politik. Situasi politik di Inggris pada waktu itu memang sedang bergejolak. Cromwell, yang pada waktu itu telah mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja Charles II. Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada waktu itu mendukung pemerintahan Charles II. Pada bulan November hingga Desember 1660, ia membuat suatu karangan singkat untuk menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan. Kemudian pada tahun 1661-1662, Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin. Karya pertama menegaskan lagi tesis yang dipakai untuk melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua berisi penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma yang menyatakan Alkitab perlu ditafsir tanpa ada kesalahan melalui lembaga magisterium. Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja Anglikan dalam mempertahankan pendapatnya.
Pada tahun 1661, Locke diangkat menjadi dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya belajar dulu. Ia mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin. Kemudian pada tahun 1664, ia menjadi petugas sensor dalam bidang filsafat moral. Selama periode ini, Locke melanjutkan minatnya pada bidang pengobatan dan filsafat alam. Kemudian Locke belajar kepada Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663 kepada Boyle. Selain itu, Locke juga membantu penelitian-penelitian yang mereka lakukan.
Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan untuk menjadi sekretaris Walter Vane yang bertugas melakukan misi diplomatik ke beberapa negara. Locke meninggalkan Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari. Melalui surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati kunjungan luar negeri pertamanya itu. Setelah itu, Locke ditawarkan pekerjaan menjadi sekretaris untuk pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun ia menolak. Sekembalinya Locke ke Oxford, ia melanjutkan studinya dalam bidang kimia dan fisiologi.
Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di kemudian hari membuat perubahan besar dalam hidup Locke. Di tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London untuk bekerja di rumah Lord Ashley. Locke tinggal di sini selama delapan tahun. Selama di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ ia mendapatkan pengalaman langsung dalam soal-soal klinis karena ia menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang adalah seorang dokter. Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga membuat catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan. Di sini, Locke membuat catatan yang akhirnya dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya dipakai pendekatan empiris.
Pada tahun 1668, Lord Ashley mengalami gangguan kesehatan yang cukup parah. Locke melakukan operasi terhadap liver Lord Ashley dan keadaannya semakin membaik. Karena itu, Lord Ashley menganggap Locke sebagai penyelamat hidupnya. Setelah itu, untuk mendukung studi Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium di rumahnya.
Selain meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan dengan praktik langsung bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke dalam bidang politik. Setahun setelah datang ke London, Locke menulis "Essay tentang Toleransi" yang isinya amat berbeda dengan dua karya yang ia tulis pada tahun 1660-1662. Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam membuat konstitusi Carolina. Locke menjalani tugasnya dalam membantu Lord Ashley hingga ia meninggalkan Inggris menuju Perancis pada tahun 1675.
B.    Di Perancis
Hingga tahun 1670, Locke belum dapat dikatakan sebagai seorang filsuf.  Akan tetapi, ia mulai mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa temannya untuk berdiskusi mengenai topik-topik tertentu. Ada tulisan tentang epistemologi yang ditulis pada tahun 1671 berdasarkan diskusi-diskusi yang dilakukan Locke.
Selama tahun 1672 hingga 1675, kebanyakan waktu Locke dipakai untuk mengerjakan tugas-tugas administratif.  Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley diangkat sebagai pangeran dari Shaftesbury dan Locke tetap membantunya hingga Lord Ashley keluar dari jabatan tersebut pada tahun 1673. Pada bulan November 1675, tugas Locke usai dan Locke pergi ke Perancis.  Locke tinggal di sana selama kurang lebih tiga setengah tahun.  Pada tanggal 4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana ia tinggal selama setahun.  Ia berteman dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang menjadi guru bahasa Perancis bagi Locke. Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa Perancis.
Selama di Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam bidang filsafat, sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya.  Bulan Februari 1677, Locke meninggalkan Montpellier dan menuju Paris. Ia bermukim sebentar di Paris lalu pergi ke beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.
C.   Kembali ke Inggris dan pergi ke Belanda
Ketika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris sedang mengalami krisis. Terdapat rumor yang menyatakan akan terjadinya pembunuhan terhadap Raja Charles II untuk digantikan dengan saudaranya, James, yang beragama Katolik. Selama empat tahun berikutnya, hingga Locke melarikan diri ke Belanda untuk mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian kepada politik.  Hal itu disebabkan Lord Ashley, yang merupakan sahabat Locke, adalah salah satu pemimpin kaum yang anti terhadap pemerintahan Raja Charles II.
Raja Charles II melihat Lord Ashley sebagai musuhnya yang amat berbahaya dan ingin membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal.  Hal itu mendorong Lord Ashley untuk melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada akhir tahun 1682 dan meninggal di Belanda pada bulan Januari 1683.  Kehidupan Locke di Inggris turut terancam karena gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II masih terus ada sehingga ia terus dicurigai sebagai pengkhianat oleh pemerintah. Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.
Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" ditulis ketika Locke berada di Belanda. Tentu saja proses penulisan buku itu telah dimulai sebelumnya.  Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha" karangan Robert Filmer karena Filmer menganjurkan monarki absolut.
Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam bidang politik pada periode ini. Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku untuk menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak mau menerima Gereja Anglikan. Jikalau pada tahun 1660-1662 Locke pernah berdebat untuk membela Gereja Anglikan, kini justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan. Locke menulis karya yang menyanggah buku Stillingfleet bersama dengan seorang teman dari Oxford yang bernama James Tyrrell.
Di Belanda, Locke melakukan kontak kepada beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan diri juga. Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke harus bersembunyi dan berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685. Di sinilah Locke menyelesaikan karya terpenting lainnya, "Essay tentang Pemahaman Manusia", yang mana ia kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati. Pada akhir tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu hampir selesai dan menyerupai bentuk akhir yang ada saat ini.
Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi karena pekerjaannya dalam menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi". Karya itu dikerjakan selama tahun 1685 hingga 1686 di Amsterdam. Locke memang telah lama bergumul soal toleransi agama sesuai konteks politik Inggris, namun dorongan langsung terhadap pembuatan karya itu adalah pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685. Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke kepada pembaca Eropa secara luas. Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara anonim.
D.   Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari Orange
Situasi politik Inggris kembali berubah ketika William dari Orange berhasil menjadi pemimpin Inggris dan menyebabkan James II harus melarikan diri dari Inggris. Locke kini dapat pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari posisi sebagai diplomat namun ia menolak karena alasan kesehatan.
Pada tahun 1689, Locke bertemu dan menjalin hubungan dengan Newton. Locke menjadi salah satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton. Keduanya juga sering bertemu untuk berdiskusi dan mengirim surat untuk membahas topik-topik tertentu. Topik yang menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu alam tetapi penafsiran Alkitab.
Setelah bukunya "Essay tentang Pemahaman Manusia" terbit, ia segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan". Selain itu, buku "Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh William Popple. Setelah diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan beragam reaksi.  Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras adalah Jonas Proast pada tahun 1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama. Akan tetapi, identitas Locke tetap menjadi rahasia.  Perdebatan mereka berlanjut hingga Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat Ketiga tentang Toleransi", dan Proast tidak menanggapi lagi.
Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa waktu di London. Ia kehilangan posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya kembali. Pada awal tahun 1691, ia diundang untuk tinggal di Oates, Essex bagian utara, yang merupakan kediaman Francis Masham. Istri Masham, Damaris, adalah anak dari Ralph Cudworth dan merupakan teman diskusi Locke melalui surat selama bertahun-tahun. Akhirnya, Oates menjadi kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London karena beberapa urusannya di pemerintahan.
Setelah itu, Locke berupaya menyelesaikan karya lainnya dalam bidang pendidikan, "Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan". Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan edisi baru berisi penambahan materi terbit dua tahun kemudian. Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama Kristen" (The Reasonableness of Christianity. Sebagaimana "Surat-Surat tentang Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera menimbulkan kontroversi. Kontroversi itu muncul karena pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama Kristen.  Lawan polemik Locke kali ini adalah John Edwards, dan polemik mereka berdua terjadi hingga tahun 1697.
Pada bulan-bulan awal tahun 1696, Locke menghabiskan waktunya untuk beristirahat di Oates. Pada bulan Juni, ia mulai melakukan pekerjaannya untuk pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun berikutnya. Selain mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan. Polemik mereka berlangsung dari bulan November 1696 hingga akhir tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.
E.    Masa Akhir hidup
Pada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan. Ia menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London. Meskipun demikian, Locke masih mengerjakan tulisan lainnya yang berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the Epistles of St Paul). Karya ini menyatakan kedalaman karakter religius dari pemikiran Locke.
Kesehatan Locke makin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan ia menderita penyakit asma. Kunjungan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698 karena dipanggil oleh Raja William III membuat kesehatannya semakin buruk.
Bulan-bulan akhir tahun 1704 merupakan saat-saat terakhir kehidupannya. Ia meninggal tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.
                                               
BAB II PEMIKIRAN

   a. Tentang  Pengetahuan

Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat adalah mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuannya. Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.

b. Tentang Manusia Mendapatkan Pengetahuan

Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris.  Ada empat jenis pandangan sederhana:
1.      Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna diterima oleh mata, dan bunyi diterima oleh telinga.
2.      Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.
3.      Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.
4.      Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan dan refleksi. Misalnya, rasa tertarik, rasa heran, dan waktu.
Di dalam proses terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi. Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas). Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut
c. Tentang Hubungan Agama dan Negara
Pandangan Locke lain yang penting dan masih berhubungan dengan konsep negara adalah mengenai hubungan antara agama dan negara. Pemikiran Locke mengenai hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Mengenai Toleransi' (Letters of Toleration). Locke menyatakan bahwa perlu ada pemisahan tegas antara urusan agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah berbeda. Negara tidak boleh menganut agama apapun, apalagi jika membatasi atau meniadakan suatu agama. Tujuan negara adalah melindungi hak-hak dasar warganya di dunia ini sedangkan tujuan agama adalah mengusahakan keselamatan jiwa manusia untuk kehidupan abadi di akhirat kelak setelah kematian. Jadi, negara berfungsi untuk memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi untuk menjalankan ibadah kepada Tuhan dan mencapai kehidupan kekal. Agama adalah urusan pribadi, berbeda dengan negara yang merupakan urusan masyarakat umum. Pemisahan antara keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri urusan yang lain. Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius manusia, sedangkan agama tidak boleh melakukan sesuatu yang dapat menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara. Bila negara hendak menghalangi kebebasan beragama dari warganya, maka rakyat berhak untuk melawan.

   d. Tentang Agama

Pandangan Locke mengenai agama bersifat deistik. Ia menganggap agama Kristen adalah agama yang paling masuk akal dibandingkan agama-agama lain, karena ajaran-ajaran Kristen dapat dibuktikan oleh akal manusia. Pengertian tentang Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian. Locke berangkat dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk berakal budi, sehingga pastilah disebabkan karena adanya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah. Ia meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun ia juga menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.

BAB III PENGARUH

a.     Dalam Filsafat Pengetahuan

Pemikiran Locke tentang pengetahuan memiliki pengaruh besar terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman. Pandangan Locke tentang proses manusia mendapat pengetahuan memiliki dua implikasi penting.  Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang dikatakan Descartes. Kedua, semua hal yang manusia ketahui melalui pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.
            Pertama, mengenai pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berarti segala pengetahuan manusia sebenarnya hanya merupakan kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana Konsep ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di kemudian hari, dan akhirnya mendapat bentuk paling tajam di dalam filsafat Kant, yang merupakan seorang filsuf paling berpengaruh di era filsafat modern. Kant menolak semua kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak dapat mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya. Lebih jauh, Kant menyatakan bahwa pengetahuan atau pemikiran tentang Allah telah kehilangan legitimasi karena tidak mungkin lagi, sebab Allah berada di luar jangkauan indrawi manusia. Tentu saja pandangan Kant ini telah banyak dikritik, namun pengaruhnya tetap besar.
Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu, memiliki implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme. Maksudnya subyektivisme adalah pandangan yang menolak adanya sesuatu yang obyektif, yang berlaku umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme. Hal itu disebabkan manusia yang satu dengan yang lain dapat menarik kesimpulan berbeda mengenai kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda. Apa yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak dapat diketahui oleh manusia.

b.     Dalam Bidang Politik

Pengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat besar di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat. Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke. Kemudian para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.
c.       Kritik Terhadap Negara dan Agama
Dua kritikan terhadap Negara dan Agama Menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, pertama.”Jikalau tidak ada tempat bagi rakyat biasa untuk mengawasi jalannya pemerintahan, maka pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya dapat saja disalahgunakan bagi kepentingan pemerintah dan kaum bangsawan saja. Bila ini terjadi, rakyat tidak dapat memperjuangkan kepentingannya melalui sistem negara yang ada, dan akhirnya hanya akan membuat negara kembali ke "keadaan perang" karena terjadi ketidakadilan. Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang ingin diatasi Locke.??
Kedua “apakah pemisahan itu sesuai dengan pandangan agama itu sendiri? Kebanyakan agama memiliki pandangan bahwa agama harus ikut campur dalam soal-soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang  pemerintahan, dan tuntutan moral umum. Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali harus berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan antara agama dan agama seperti yang diusulkan Locke dapat melanggar keyakinan agama-agama tertentu dan tidak dapat diterima.??...

d.     Bibliografi Karya-Karya Utama Locke

·         (1689) "Sebuah Surat Perihal Toleransi" (A Letter Concerning Toleration).
·         (1690) "Surat Kedua Perihal Toleransi" (A Second Letter Concerning Toleration).
·         (1692) "Surat Ketiga Perihal Toleransi" (A Third Letter for Toleration)
·         (1689) "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government)
·         (1690) "Essay Perihal Pengetahuan Manusia" (An Essay Concerning Human Understanding)
·         (1693) "Beberapa Pemikiran Perihal Pendidikan" (Some Thoughts Concerning Education)
·         (1695) "Kerasionalan Agama Kristen, sebagaimana Dikatakan di dalam Alkitab" (The Reasonableness of Christianity, as Delivered in the Scriptures).
·         (1695) "Mempertahankan Kerasionalan Agama Kristen" (A Vindication of the Reasonableness of Christianity)
Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan setelah neninggal
·         (1660) "Traktat Pertama tentang Pemerintahan" (First Tract of Government atau the English Tract)
·         (sekitar tahun 1662) "Traktat Kedua tentang Pemerintahan (Second Tract of Government atau the Latin Tract)
·         (1664) "Pertanyaan-Pertanyaan Perihal Hukum Alam" (Questions Concerning the Law of Nature) *(1667) "Essay Perihal Toleransi" (Essay Concerning Toleration)
·         (1706) "Mengenai Proses Mencapai Pemahaman" (Of the Conduct of the Understanding)
·         (1707) "Parafrase dan Catatan-Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (A Paraphrase and Notes on the Epistles of St. Paul)




KESIMPULAN
           
Dari bab-bab di atas yang saya uraikan, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa: John Lock hidup pada 29 agustus 1632 sampai dengan 28 Oktober 1704, dengan berbagai bidang pendidikan ia pelajari di kota-kota besar Eropa, ia mengadopsi berbagai pemikiran filosof seperti Plato, Aristoteles, Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Aquinas, Grotius, Samuel Rutherford, Descartes, Hooker, Robert Filmer, Hobbes. Sehingga dia meninggalpun pemikirannya di pakai oleh filosof-filosof  periode setelahnya.
Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong.
Pemikiran Locke berpengruh besar di Negara-negara Eropa, sehingga pemikiran Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.
            Manusia mulai dengan berfilsafat, bila ia berpikir dengan teliti dan teratur untuk memecahkan problem-problem dan memandang permasalahannya dari sudut yang hakiki. Maka dari itu pada hakekatnya. Filsafat mengemukakan pandangan-pandangan yang bersifat akar dari ilmu yang lain. Namun disamping itu antara ilmu filsafat dan ilmu-ilmu lain terdapat kesamaan-kesamaan sifat, yaitu bahwa semuanya tertarik pada pengetahuan dan masing-masing adalah lapangan yang mengadakan pemeriksaan dan penemuan, mempunyai objek, metode penelitian dan sistem.

M.Noer Ali. Semarang 7 januari 2012





Refrensi:

2.      Ahmad Tafsir, 2003, Filsafat Umum, Akal dan hati sejak Thales sampai Captra, Bandung PT Remaja Rosdakarya.
3.      Ali Maksum, 2011, Pengantar Filsafat, Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme, Jogjakarta Ar-ruzz Media.
4.      http://media.isnet.org/iptek/100/Locke.html. 09/01/ 2012. 20.00.Semarang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Imansipasi wanita

Imansipasi wanita
imansipasi wanita sering diterjemahkan atau diartikan dengan salah kaprah, bahwasanya kedudukan seoarang wanita harus sama dengan laki-laki dari sisi apapun. padahal dalam islam masalah imansipasi wanita sudah diatur begitu rapi oleh Alquran, tapi seseorang yang belum begitu faham dengan ajaran Islam pastilah mereka menafsirkan sebatas dengan pengetahuan akalnya, contoh imansipasi wanita dalam islam yaitu: Allah mewajibkan laki-laki dan perempuan sholat, islam tidak melarang seorang wanita mengerjakan pekerjaan seorang pria dengan tidak melanggar aturan-aturan syariat islam, wanita juga dibolehkan untuk mengangkat senjata (menjadi tentara) selama itu dibutuhkan, atau mempertahankan agama dan negara. wanita menjadi tentera tidak harus sama pakaiannya sebagaimana tentara laki-laki, wanita tetap diwajibkan untuk menutup auratnya, sehingga mereka tidak perlu membuka auratnya,

MENURUT anda bagaimanakah tentang blog ini...?

SETITIK MUTIARA WALISONGO

Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT. Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisoongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah 1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan. 2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak. 3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan. 4. Senjoto Kalimosodo Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat) 5. Digdoyo Tanpo Aji Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata. 6. Perang Tanpo tanding Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini. 7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya. 8. Mulyo Tanpo Punggowo Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan. 9. Sugih Tanpo Bondo Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia. Semboyan seperti diatas sudah banyak dilupakan umat islam masa kini. Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan kalijogo diantaranya adalah : 1. Yen kali ilang kedunge 2. Yen pasar ilang kumandange 3. Yen wong wadon ilang wirange 4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT. Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya : 1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang 2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT 3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan 4. Semangat berkorban harta dan jiwa 5. Selau memperbaiki diri 6. Mencari ridho Allah SWT 7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan 8. Sabar menjalani kesulitan 9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT 10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha 11. Istiqomah seperti unta 12. Tawadhu seperti bumi 13. Tegar seperti gunung 14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit. 15. berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.

SELAMAT MEMBACA

KEPUASAN ANDA ADALAH PENGHARGAAN BAGI KAMI.
APATIS ANDA ADALAH BLUM MEMPELAJARI KAMI.
KRITIK ANDA ADALAH INTROPEKSI DIRI KAMI.