CANTIK DIBALIK KERUDUNG

“Wanita sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menutupi bentuk tubhnya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari Kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada dibalikmya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari keihklasan ia memberikan kebaikan itu. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keahlihannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauhmana ia berani mempertaruhkan kehormatannya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari kekawatirannya digoda orang lain dijalan, tetapi dilihat dari kekawatirannya yang mengundang orang lain jadi tergoda. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan syukur. Dan ingatlah..........!!!!!!!! Wanita sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatanya dalam bergaul....... Wassalam........... “semoga bisa menjadikan kita bertafakkur ya ikhwati”

Minggu, 09 September 2012

MENUMBUHKAN JIWA WIRASWASTA DALAM EKONOMI ISLAM


Abstrak
FAOZAN TOBRONI LOMBOK
Masalah pengangguran merupakan kasus krusial yang menyebabkan lambannya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penyebab utama tingginya pengangguran di indonesia antara lain: kurangnya lapangan kerja, rendahnya jenjang pendidikan yang dicapai masyarakat, ditunjang dengan minimnya ketrampilan yang dikuasai oleh sumber daya manusia, sedikitnya seseorang yang mempunyai jiwa wiraswasta dan masih banyak lagi faktor penunjang lainnya.
Di sini penulis akan mencoba menguraikan tentang jiwa kewiraswastaan. Sebelumnya definisi kewiraswastaan dan kewirausahaan memang banyak dibuat oleh para ahli, tetapi mereka melihat dari perspektifnya masing-masing. Agar pengertian keduanya dapat diterapkan sesuai dengan lingkungan negara kita, maka telah disepakati definisi sebagai berikut ini.
Kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai, dan prinsip serta sikap, kuat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada langganan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa dan negara.

Jiwa Kewiraswastaan (entrepneurship) adalah kemampuan dan keinginan seseorang untuk berisiko menginvestasikan dan mempertaruhkan uang, waktu, dan usaha untuk memulai suatu perusahaan yang sukses dan berhasil. Keuntugan berwiraswasta adalah kemungkinan untuk mengatur tingkat keuntungan  yang diharapkan, melatih ketajaman intuisi bisnis, meningkatkan sifat tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dan memiliki wewenang untuk memerintah dan mengelola karyawannya. Kerugiannya adalah tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan usaha, perlunya menjaga relasi yang baik terhadap pihak-pihak terkait dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, waktu kerja yang sangat banyak maupun bentuk yang berkaitan dengan keluarga.
Unsur penting dalam membangun sebuah wiraswasta ialah keberanian, keutamaan, dan kekuatan. Keberanian memiliki arti dimana kita harus memiliki keberanian dalam menjalankan suatu usaha, berani mengambil sebuah keputusan, dan berani mengambil resiko yang harus ditanggungnya. Keutamaan memiliki arti dimana kita harus menekuni bidang usaha yang kita jalankan, kita tidak boleh terbata-bata dalam menjalankan suatu usaha, karena bila terjadi seperti itu, maka semua itu hanya membuang-buang waktu, materi, dan pikiran kita. Kekuatan memiliki arti dimana bila kita menjadi wiraswastawan, kita harus memiliki kekuatan sendiri, kita tidak boleh mengandalkan bantuan orang lain, dan kita harus mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Uang bagi wiraswasta bukanlah tujuan. Dia tertarik kepada imbalan uang atau keuntungan terutama karena merupakan umpan-balik yang dapat mengukur pencapaian hasil dari pekerjaannya. Uang bagi wiraswastawan sejatinya bukanlah perangsang berusaha, tetapi lebih merupakan ukuran keberhasilan.
Demikianlah sekedar prolog untuk memulainya pembahasan artikel ini selanjutnya penulis akan menguraikan bagaimana menumbuhkan jiwa wiraswasta pada diri sendiri maupun orang lain.
BAB I  pendahuluan
Latar belakang
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Tak lupa shalawat serta salam kita hanturkan ke baginda Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga (ahlubait), sahabat (ahlusunah wal jamaah) serta para pengikutnya hingga akhir zaman.Amien.
Pada kesempatan kali ini kami akan berusaha mencoba membahas suatu masalah yang kini sedang digencarkan oleh intrepreneure, yaitu pembahasan jiwa wiraswasta dalam islam. Kami berusaha seobjektif mungkin meskipun pembahasan kami hanya sebatas pada kajian pustaka semata, tidak melakukan investigasi pada praktek lapangan.  Namun tidak mengurangi pembahasan kami.
Kewiraswastaan merupakan suatu hal yang sangat ingin dilakukan oleh sebagian orang. Profesi ini mulai banyak di gemari oleh orang-orang dari berbagi kalangan masyarakat. Hal ini sebagai batu loncatan atas kegagalan-kegagalan dalam mencari pekerjaan. Kewirausahaan merupakan suatu profesi mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain bahkan dikemudian hari ini bisa menciptakan suatu lapangan pekerjaan. Dengan ketekunan dan ktreatifitas yang dimiliki oleh seorang wirausahawan, akan mampu mendobrak persaingan globalisasi yang berkembang pesat. Untuk menjadi wirausahawan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, perlu adanya pendidikan, pelatihan, dan juga menanamkan jiwa wiraswasta dalam diri.
Banyak sekali pendidikan atau pelatihan tentang berwiraswasta, baik dalam pendidikan formal mapun nonformal. Pedidikan kewirausahaan dalam sekolah atau kampus bertujuan untuk membekali jiwa wiraswasta bagi mahasiswa, dan diharapkan setelah lulus nanti mampu mengeksporasi dan mengembangkan bakat kewirausahaan untuk mulai merintis suatu inovasi baru dalam bidang usaha dan bersaing dengan perkembangan arus globalisasi. Selain pendidikan wirausaha disekolah dan University penanaman jiwa wirausaha sejak dini juga harus dilakukan terutama dilingkungan  keluarga dan masyarakat. Seorang wirausahawan bisa bertindak sebagai karyawan sekaligus manajer dan owner bagi usahanya, sehingga maju atau mundurnya usaha tersebut tergantung dari kesungguhan yang bersangkutan. Jika kancah bisnis tersebut dijalani dengan tekun, kerja keras, penuh semangat dan tidak mudah putus asa, niscaya usaha tersebut pasti akan meraih sukses.
Sekilas pengantar yang merupakan testimony dari artikel ini, kami akan menjelaskan secara utuh, mengenai pengertian hingga pembahasan jiwa wiraswastawan. Pada bab I Merupakan Pendahuluan yang membahas tentang kajian teori secara umum, dan pada bab II Merupakan Pembahasan, mengenai “menggali jiwa wiraswasta dalam Islam” “bagaimanakah meneladani akhlak Rasulullah SAW dan mengaplikasikan dalam jiwa wiraswastawan yang bisa menumbuhkan, membangkitkan, dan membangun ekonomi dalam Islam?.?.. bab III merupakan Kesimpulan dari pembahasan kami.
BAB II  Pembahasan
Memilih Jalan Pintas
Di Era Transparansi globalisasi ini, informasi semakin cepat diakses semakin instan untuk didapatnya, sehingga menjadikan umat ini dirasuki sifat kemalasan untuk bekerja keras, untuk berusaha sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri. Adapun mental suka mengambil jalan pintas adalah mentalitas yang bernafsu segera mencapai tujuan tanpa kerja keras, setahap demi setahap. Dalam masyarakat kita saat ini, tampak banyak usahawan baru yang  mau mencapai dan memamerkan taraf hidup yang gemerlap dan penuh kemewahan dengan  cepat, melalui cara yang tidak wajar, atau dengan mengambil keuntungan sebesar-besar ‘mumpung’ ada kesempatan tanpa menghiraukan jangka panjangnya.
Seorang karyawan atau pegawai, terutama pegawai negeri, yang ingin segera mencapai fasilitas-fasilitas pangkat atau tingkatan tinggi dalam waktu sesingkat mungkin tanpa mau berjuang, tak segan-segan untuk menyuap. Dengan suap ini, tanpa bertele-tele bisa naik pangkat. Di sini, wawasan keilmuan, kerja keras, prestasi, maupun ketrampilan hanya dipandang sebelah mata. Yang penting ada uang pelicin, kedudukan pasti didapat.
Seorang yang belum kerja pun, untuk mendapatkan pekerjaan, terutama untuk menjadi pegawai negeri dan tentara, mereka tak segan-segan menyuap supaya lolos dalam seleksi masuk, tanpa peduli berapapun tarifnya. Mereka ini tak mau tahu bahwa tujuan diadakan test seleksi adalah untuk menyaring agar diperoleh pegawai-pegawai yang kapabel dengan bidang yang akan dimasuki. Mereka tak mau berjuang mencari ilmu untuk meningkatkan kapabilitasnya. Mereka lebih suka menggunakan uangnya untuk menyuap.
Fenomena suka ambil jalan pintas ini mulai muncul ketika penjajah meninggalkan negeri ini. Pada saat itu, banyak lowongan-lowongan pekerjaan yang ditinggalkan penjajah. Sedangkan lowongan tersebut harus segera diisi supaya kehidupan bernegara bisa segera berjalan, meski mereka kurang kapabel.
Memang, di tempat-tempat lain, mental ingin mencapai jalan pintas itu juga ada. Bedanya, di negeri kita hal itu tampil sangat ‘telanjang’, terutama pada masa orde baru dan era reformasi ini. Sedangkan di sebagian negera-negara lain, perilaku ingin jalan pintas ini tidak begitu  menonjol, karena ‘nafsu’ itu dikendalikan dan dikekang.
Jika kita amati sifat-sifat di atas, jelas bahwa mentalitas-mentalitas tersebut sangat bertentangan dengan  karakter yang harus dimiliki  seorang wiraswastawan. Selanjutnya, menurut uraian di atas, suatu bangsa yang kekurangan manusia bermental wiraswasta  akan mengalami kemacetan pertumbuhan ekonomi dan keterbelakangan. Bukankah seperti keadaan bangsa kita saat ini ?
Meneladani  Jiwa Wiraswasta
Nabi Muhammad SAW adalah sebuah pribadi yang lengkap dan sempurna (Insan Al-Kaamil) yang tak habis-habisnya digali dan dianalisa baik oleh umat Islam maupun kalangan cendikiawan di luar Islam. Buku mengenai sosok Nabi Muhammad SAW yang biasa dikenal dengan “sirah Muhammad” sudah banyak ditulis orang baik oleh ulama terdahulu maupun oleh cendikiawan kontemporer. Tak heran jika hampir seluruh aspek kehidupan Nabi dapat dikatakan sudah pernah diungkapkan mulai dari peran Nabi sebagai negarawan, panglima perang, penyantum yatim piatu, hingga perannya sebagai pemimpin umat dan penyebar agama.
Sungguhpun demikian di lain sisi sangat disayangkan bahwa sosok Muhammad SAW sebagai seorang pedagang dan entrepreneur masih terabaikan. Ini tentu saja hal yang patut disesalkan, mengingat demikian luasnya peran Rasul dalam bidang ini dan luasnya Khazanah Muamalah Islam yang masih terpendam.
Perhatian terhadap aspek bisnis Muhammad SAW ini mulai mengemuka seiring dengan munculnya kembali konsep ekonomi Islam. Selain membangun kerangka teori ekonomi islam dan berbagai aspeknya, juga dicari tokoh yang dapat dijadikan teladan dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi. Muhammad SAW merupakan figur yang tepat dijadikan sebagai teladan dalam bisnis dan prilaku ekonomi yang baik. Beliau tidak hanya memberikan tuntunan dan pengarahan tentang bagaimana kegiatan ekonomi dilaksanakan, tetapi beliau mengalami sendiri menjadi seorang pengelola bisnis atau wirausaha.
Kewirausahaan (entrepreneurship) tidak terjadi begitu saja tetapi hasil dari suatu proses yang panjang dan dimulai sejak beliau masih kecil. Pengalaman masa kecil juga dapat menimbulkan dorongan dan daya kritis, kemauan mencoba, disiplin, dan sebagainya yang akan membantu seseorang untuk mengembangkan rasa percaya diri serta keinginan berprestasi.
Sejak manusia lahir ke dunia, ia telah dibekali Allah berupa akal pikiran guna memecahkan aneka ragam persoalan, serta wahyu (al Qur’an) guna memberi petunjuk jalan dalam samudera kehidupan. Ke-dua-dua-nya, akal pikiran dan wahyu, harus berjalan berdampingan,agar selalu terjadi keseimbangan dan tidak terjadi ketimpangan. Allah menghendaki ummat-Nya agar menjaga keseimbangan antara kesejahteraan di dunia (fid dunya hasanah) dan keselamatan di akhirat (fil akhirati hasanah) Allah telah menyerahkan alam seisinya guna kesejahteraan manusia . Dijadikan-Nya manusia sebagai khalifah di muka bumi, agar mau dan mampu mengolah isi alam dengan tanpa mengenal lelah.
Dalam dunia wiraswasta (wirausaha,enterprenuership) meniali tinggi rendahnya derajat manusia adalah pada kemampuan dan keampuhan berprestasi (need of achievement) dengan mempertimbangkan bahwa waktu jangan di-sia-sia-kan. Dalam istilah agama menilai -derajat manusia diukur pada iman dan amal shaleh-nya. Ini mendorong manusia harus selalu peka terhadap lingkungan dan menganalisa keadaan agar selalu keadaan lebih baik dari semula. Kecerdasan akal pikiran manusia harus diimbangi dengan kemampuan berprestasi. Kecerdasan akal pikiran yang berprestasi tinggi harus diimbangi dengan kekuatan iman. Bagi orang yang beriman segala bentuk hambatan dan rintangan dianggapnya sebagai cobaan dan ujian Allah, bukan sebagai penghalang yang tak dapat diatasi. Bahkan dengan segala hambatan dan rintangan itu manusia akan lebih memiliki kesungguhan dan ketangguhan.
Dalam dunia wiraswasta dikenal sebutan : mampu mengenal problimatika diri” Kegagalan dianggapnya sebagai sukses yang tertunda,sedangkan kesalahan dan kekalahan dipakai sebagai cambuk untuk memperoleh kemenangan. Seorang yang memiliki iman tangguh sedikitpun tak pernah mengeluh,dan semangatnya pun tak pernah lumpuh,sebab senantiasa mau mengoreksi kesalahan dan kekalahan,sebagai tanda kelemahan makhluk Allah.
Abad Keemasan
Rasulullah,(Nabi Muhammad saw) adalah contoh suri teladan dalam sepak-terjang kehidupan,yang tidak pernah mengenal lelah dan menyerah dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Itulah yang disebut : uswatun hasanah (suri teladan yang baik). Nabi saw yang dahulunya hanya seorang anak peng-gembala dapat mengadakan revolusi total menghadapi Bangsa Arab jahiliyah saat itu yang dikenal sebagai masyarakat yang sangat jahil dan tidak ber-peri-kemanusia-an. Akan tetapi dengan keyakinan,iman dan keteguhan pendiriannya,hanya dalam masa 22 tahun seluruh jazirah Arab berhasil beliau taklukan. Betapa besar prestasi beliau. Uswatun hasanah inilah yang harus menjadi pedoman para wiraswastawan/wirausahawan.
Islam mengalami kejayaan,ketika akal pikiran dan iman/wahyu berjalan berdampingan, sehingga orang Barat menyebutnya: Abad Keemasan (Golden Age)- nya Islam. Dimana kaum Muslimin menghadapi keadaan dengan penuh keberanian,dimana kebenaran yang diperjuangkan dengan penuh keyakinan sedikitpun tak tergoyahkan. Ruh jihad dan ijtihad yang diwariskan oleh Rasulullah diamalkan dengan penuh semangat. Sekali usaha dan kemauan dicetuskan,harus berjalan sampai titik darah penghabisan.Sekali terjun ke gelanggang, mereka harus menang. Tak pernah lari dari kenyataan, sebab apa yang dihadapi dianggap tugas dan kewajiban. Akan tetapi ketika keyakinan sudah mulai rapuh,semangat sudah mulai lumpuh, penyakit perpecahan menjadi kambuh, datanglah negara Barat yang telah lama menunggu saat kelengahan dan perpecahan ummat Islam. Satu demi satu negara Islam menjadi daerah jajahan negara Barat.
Setelah menyadari atas kelengahan dan perpecahan ummat Islam maka terjadilah masa pembaharuan. Dimana pembaharuan itu bermaksud menangkap kembali makna yang terkandung dalam ajaran Islam sebagai doktrin yang mampu memecahkan berbagai persoalan dalam liku-liku kehidupan. Dibangkitkan semangat jihad dan ijtihad,agar memiliki keberanian serta percaya terhadap kemampuan diri sendiri. Di Indonesia semangat pembaharuan itu pertama kali masuk di daerah Sumatera Barat yang dipelopori oleh Imam Bonjol sehingga melahirkan Perang Paderi. Baru sesudah itu semangat pembaharuan merembes ke Jawa. Lambat laun ummat Islam memiliki kembali harga diri dan mulai percaya pada kekuatan diri sendiri. Untuk itu bagaimana membenahi semangat persatuan terutama di kalangan usahawan guna menghadapi musuh kaum kolonial dan dalam dunia perdagangan lahirlah Serikat Dagang Islam (SDI).

Prinsip-Prinsip Bisnis Rasulullah SAW

Nabi Muhammad telah meletakkan dasar-dasar moral, manajemen dan etos kerja mendahului zamannya dalam melakukan perniagaan. Dasar-dasar etika dan manajemen bisnis tersebut telah mendapat legitimasi keagamaan setelah beliau diangkat menjadi Nabi. Prinsip-prinsip etika bisnis yang diwariskan semakin mendapat pembenaran akademisi dipenghujung abad ke-20 atau awal abad ke-21. Prinsip bisnis modern, seperti tujuan pelanggan, pelayanan yang unggul, kompetensi, efisiensi, transparansi, semuanya telah menjadi gambaran pribadi dan etika bisnis Nabi Muhammad SAW ketika ia masih muda. (Yafie, 2003: 11-12).
Ada beberapa prinsip dan konsep yang melatarbelakangi keberhasilan Rasulullah SAW dalam bisnis, prinsip-prinsip itu intinya merupakan fundamental Human Etic atau sikap-sikap dasar manusiawi yang menunjang keberhasilan seseorang. Menurut Abu Mukhaladun (1994:14-15) bahwa prinsip-prinsip Rasulullah meliputi Shiddiq, Amanah dan fatanah. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Shiddiq
Rasulullah telah melarang pebisnis melakukan perbuatan yang tidak baik, seperti beberapa hal dibawah ini.
a. Larangan tidak menepati janji yang telah disepakati.
Ubadah bin Al Samit menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda: “berikanlah kepadaku enam jaminan dari kamu, aku menjamin surga untuk kamu: 1) berlaku benar manakala kamu berbicara, 2) tepatlah manakala kamu berjanji…(HR. Imam Ahmad dikutip dari Syeikh Abod dan Zamry Abdul Kadir, 1991: 102)
b. Larangan menutupi cacat atau aib barang yang dijual.
Apabila kamu menjual, katakanlah: “tidak ada penipuan”. (HR. Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar r.a. dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002:112)
Tidak termasuk umat Nabi Muhammad seorang penjual yang melakukan penipuan dan tidak halal rezki yang ia peroleh dari hasil penipuan.
Bukanlah termasuk umatku, orang yang melakukan penipuan. (HR. Ibnu Majah dan Abu Dawud melalui Abu Hurairah dikutip Yusanto dan Muhammad K.W, 2002:112)
Tidak halal bagi seseorang menjual sesuatu, melainkan hendaknya dia menerangkan kekurangan (cacat) yang ada pada barang itu. (HR. Ahmad dikutip dari Alma, 1994: 62)
c. Larangan membeli barang dari orang awam sebelum masuk ke pasar.
Rasulullah telah melarang perhadangan barang yang dibawa (dari luar kota). Apabila seseorang menghadang lalu membelinya maka pemilik barang ada hak khiyar (menuntut balik/membatalkan) apabila ia telah sampai ke pasar (dan merasa tertipu). (Al-Hadits dikutip dari Alma, 1994: 70)
Rasulullah telah melarang membeli barang dari orang luar atau desa dikarenakan akan terjadi ketidakpuasan, di mana pembeli akan membeli dengan harga rendah dan akan dijual di pasar dengan harga tinggi sehingga pembeli akan memperoleh untung yang banyak. Hal in merupakan penipuan, padahal Rasulullah melarang bisnis yang ada unsur penipuannya.
Sedangkan larangan yang lainnya adalah larangan mengurangi timbangan diterangkan dalam Al-Quran dalam surat Al-Muthaffifin ayat 1-6 sebagai berikut:
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (Al-Muthaffifin : 1-6)
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib. ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat).” (Huud: 84)
Penjual harus tegas dalam hal timbangan dan takaran. Mengenai ini Nabi juga berkata yang artinya:
Tidak ada suatu kelompok yang mengurangi timbangan dan takaran tanpa diganggu olah kerugian. (Al-Hadits, Dikutip dari Afzalurahman, 1997: 28)
Nabi berkata kepada pemilik timbangan dan takaran:
“Sesungguhnya kamu telah diberi kepercayaan dalam urusan yang membuat bangsa-bangsa terdahulu sebelum kamu dimusnahkan”. (Al-Hadist, dikutip dari Afzalurahman, 1997: 28)
Apabila sikap Shiddiq dilakukan oleh pelaku bisnis maka praktek bisnis jahiliyah tidak akan terjadi, perbuatan penipuan dan sebagainya akan terhapus.
2. Amanah
Amanah berarti tidak mengurangi apa-apa yang tidak boleh dikurangi dan sebaliknya tidak boleh ditambah, dalam hal in termasuk juga tidak menambah harga jual yang telah ditentukan kecuali atas pengetahuan pemilik barang. Maka seorang yang diberi Amanah harus benar-benar menjaga dan memegang Amanah tersebut, ayat tersebut adalah sebagai berikut:
Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (Al-Ahzab: 72)
Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk selalu menjaga Amanah yang diberikan kepadaNya. Sabda Nabi akan hal ini yang artinya:
Tunaikanlah amanat terhadap orang yang mengamanatimu dan janganlah berkhianat terhadap orang yang mengkhianatimu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002: 105)
Ubadah bin Al Samit menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda: “berikanlah kepadaku enam jaminan dari diri kamu, aku menjamin surga untuk kamu: 1) berlaku benar apabila kamu berbicara, 2) tepatlah manakala kamu berjanji, 3) Tunaikanlah manakala kamu diamanahkan, 4) pejamkanlah mata kamu (dari yang di tengah), 5) peliharalah faraj kamu, 6) tahanlah tangan kamu”. (HR. Imam Ahmad dikutip dari syeikh Abod dan Zamry Abdul Kadir, 1991: 102)
Seseorang yang melanggar Amanah digambarkan oleh Rasulullah sebagai orang yang tidak beriman. Bahkan lebih jauh lagi, Digambarkan sebagai orang munafik. Sabda Nabi tentang hal ini:
Tidak beriman orang yang tidak memegang Amanah tidak ada agama orang yang tidak menepati janji. (HR. Ad Dalimi Dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002: 105)
Tanda orang munafik itu ada tiga macam: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi kepercayaan, dia khianat. (HR. Ahmad dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002: 105)
Seorang yang jujur dan amanah akan mendapatkan pahala dari Allah SWT dan akan dimasukkan ke dalam surga bersama para Rasul dan orang yang beriman, orang jujur seperti sabda Nabi SAW yang artinya:
Para pedagang yang jujur dan Amanah akan berada bersama para Rasul, orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang jujur. Rizki Allah terbesar pada (hambanya) ada dalam bisnis. (Al-Hadits dikutip dari Raharjo, 1987: 17)
Sikap Amanah mutlak harus dimiliki oleh seorang pebisnis muslim. Sikap Amanah diantaranya tidak melakukan penipuan, memakan riba, tidak menzalimi, tidak melakukan suap, tidak memberikan hadiah yang diharamkan, dan tidak memberikan komisi yang diharamkan. Hadis nabi yang berkenaan dengan hal tersebut yang artinya:
a. Larangan memakan riba
Beliau (Nabi SAW) melaknat orang yang memakan riba, orang yang menyerahkannya, para saksi serta pencatatnya. (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud Dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002: 112)
b. Larangan melakukan tindak kezaliman
Seorang muslim terhadap sesama muslim adalah haram: harta bendanya, kehormatannya, dan jiwanya. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah Dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2000: 109)
c. Larangan melakukan suap
Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap di dalam kekuasaan. (HR. Imam Abu Dawud dari Hurairah Dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002: 108)
Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap. (HR. Imam Tirmidzi dari Abdullah bin Amr Dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002: 108)
d. Larangan memberikan hadiah haram
Hadiah yang diberikan pada penguasa adalah ghulul (perbuatan curang). (HR. Imam Ahmad dan Al-Baihaqi dari Abu Hamid As-Sunnah Saidi dari ‘Ibbadh; Dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002: 108)
Hadiah yang diberikan kepada pejabat adalah suht (haram). (HR. Al-Khatib dari Anas r.a, Dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002: 108)
e. Larangan memberikan komisi yang haram
Rasulullah mengutusku ka Yaman (sebagai penguasa daerah). Setelah aku berangkat, beliau SAW, mengutus orang menyusulku. Aku pulang kembali. Rasulullah SAW, bertanya kepadaku, “tahukah engkau, mengapa kau mengutus orang menyusulmu? “janganlah engkau mengambil sesuatu untuk kepentinganmu sendiri tanpa seizinku. (jika hal itu kamu lakukan) itu merupakan kecurangan, dan barang siapa berbuat curang pada hari kiamat kelak dibangkitkan dalam keadaan memikul beban kecurangannya. Untuk itulah, engkau aku panggil dan sekarang berangkatlah untuk melakukan tugas pekerjaanmu. (HR. Imam Tirmidzi dari Mu’adz bin Jabal r.a, Dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002: 109)
Barang siapa yang kami pekerjakan untuk melakukan tugas dan kepadaNya kami telah berikan rizki (yakni imbalan atas jerih payahnya) maka apa yang diambil olehnya selain itu adalah suatu kecurangan. (HR. Imam Abu Dawud Dikutip dari Yusanto dan Muhammad K.W, 2002: 109)
Sikap amanah mutlak harus dimiliki oleh seorang pebisnis muslim. Sikap itu bisa dimiliki jika dia selalu menyadari bahwa apapun aktivitas yang dilakukan termasuk pada saat ia bekerja selalu diketahui oleh Allah SWT. Sikap amanah dapat diperkuat jika dia selalu meningkatkan pemahaman Islamnya dan istiqamah menjalankan syariat Islam. Sikap amanah juga dapat dibangun dengan jalan saling menasehati dalam kebajikan serta mencegah berbagai penyimpangan yang terjadi. Sikap amanh akan memberikan dampak positif bagi diri pelaku, perusahaan, masyarakat, bahkan negara. Sebaliknya sikap tidak amanah (khianat) tentu saja akan berdampak buruk.
3. Fathanah
Fathanah berarti cakap atau cerdas. Dalam hal ini Fathanah meliputi dua unsur, yaitu:
a. Fathanah dalam hal administrasi/manajemen dagang, artinya hal-hal yang berkenaan dengan aktivitas harus dicatat atau dibukukan secara rapi agar tetap bisa menjaga Amanah dan sifat shiddiqnya.
Firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,....... (Al Baqarah: 282)
b. Fathanah dalam hal menangkap selera pembeli yang berkaitan dengan barang maupun harta. Dalam hal fathanah ini Rasulullah mencontohkan tidak mengambil untung yang terlalu tinggi dibanding dengan saudagar lainya. Sehingga barang beliau cepat laku. (Abu Mukhaladun, 1999: 15, syeikh Abod dan Zambry Abdul Kadir 1991:288).
Dengan demikian fathanah di sini berkaitan dengan strategi pemasaran (kiat membangun citra). Menurut Afzalurahman (1997:168) kiat membangun citra dari uswah Rasulullah SAW meliputi: penampilan, pelayanan, persuasi dan pemuasan.
  • · Penampilan, tidak membohongi pelanggan, baik menyangkut besaran (kuantitas) maupun kualitas. Hadits nabi tentang hal ini yang artinya:
Apabila dilakukan penjualan, katakanlah: “tidak ada penipuan”. (HR. Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar r.a,)
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan; Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; (Asy-Syu’ara: 181-183)
Tidak ada suatu kelompok yang merugikan timbangan dan takaran tapa diganggu oleh kerugian. (Al-Hadits dikutip dari Afzalurahman, 1997: 28)
  • · Pelayanan, pelanggan yang tidak sanggup membayar kontan hendaknya diberi tempo untuk melunasinya. Selanjutnya, pengampunan (bila memungkinkan) hendaknya diberikan jika ia benar-benar tidak sanggup membayarnya.
  • · Persuasi, menjauhi sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang. Hadits nabi tentang hal in yang artinya:
“Sumpah dengan maksud melariskan barang dagangan adalah penghapus berkah. (HR. Bukhari dan Muslim dikutip dari Alma, 1994: 60)
  • · Pemuasan, hanya dengan kesempatan bersama, dengan suatu usulan dan penerimaan, penjualan akan sempurna.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (An Nisaa’: 29)
Dengan demikian sikap fathanah ini sangat penting bagi pebisnis, karena sikap fathanah ini berkaitan dengan marketing , keuntungan bagaimana agar barang yang dijual cepat laku dan mendatangkan keuntungan, bagaimana agar pembeli tertarik dan membeli barang tersebut.
Dari penjelasan diatas bisa kita petik suatu pelajaran yang berharga bahwa prinsip-prinsip bisnis Rasulullah saw adalah Shiddiq, Amanah dan Fathanah. Shiddiq adalah Suatu sikap yang jujur dan selalu berbuat baik dan menghindari perbuatan seperti tidak menepati janji yang belum atau telah disepakati, menutupi cacat atau aib barang yang dijual dan membeli barang dari orang awam sebelum masuk ke pasar. Sedangkan sifat amanah adalah tidak mengurangi apa-apa yang tidak boleh dikurangi dan sebaliknya tidak boleh ditambah, dalam hal ini termasuk juga tidak menambah harga jual yang telah ditentukan kecuali atas pengetahuan pemilik barang. Amanah berarti tidak melakukan penipuan, memakan riba, tidak menzalimi, tidak melakukan suap, tidak memberikan hadiah yang diharamkan, dan tidak memberikan komisi yang diharamkan. Fathanah berarti cakap atau cerdas. Dalam hal ini Fathanah meliputi dua unsur: Fathanah dalam hal administrasi/manajemen dagang dan Fathanah dalam hal menangkap selera pembeli yang berkaitan dengan barang maupun harta. Dengan demikian fathanah di sini berkaitan dengan strategi pemasaran (kiat membangun citra). kiat membangun citra dari uswah Rasulullah SAW meliputi: penampilan, pelayanan, persuasi dan pemuasan.

BAB III
KESIMPULAN
Jiwa kewiraswasta mutlak harus dimiliki oleh semua orang jika ingin menjadi wirausahawan. Karena tanpa adanya jiwa kewiraswastaan, seseorang tidak akan berhasil/sukses dalam berwirausaha. dalam jiwa kewiraswastaan tertanam ,sifat ulet, kerja jeras, rajin, pantang menyerah dan penuh dengan semangat. Semuanya itu bisa di dapat dari pengaruh pendidikan ataupun lingkungan. Keluarga merupakan lingkungan yang strategis dalam menanamkan jiwa wiraswasta, karena sejak dari lahir keluargalah yang selalu mengetahui dan memberi semua hal sebagai bekal
Rasulullah,(Nabi Muhammad saw) adalah contoh suri teladan dalam sepak-terjang kehidupan,yang tidak pernah mengenal lelah dan menyerah dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Itulah yang disebut : uswatun hasanah (suri teladan yang baik).hidup di dunia ini.
Dalam berbisnis bagi orang Islam wajib memegang sifat-sifat atau prinsip Assidiq, Amanah, dan Fathonah untuk menjadi umat yang sukses di dunia dan akhirat.



BY: M.Nur Ali
PROGAM STUDI: MUAMALAT
MATERI: KEWIRASWASTAAN
                                                                                



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Imansipasi wanita

Imansipasi wanita
imansipasi wanita sering diterjemahkan atau diartikan dengan salah kaprah, bahwasanya kedudukan seoarang wanita harus sama dengan laki-laki dari sisi apapun. padahal dalam islam masalah imansipasi wanita sudah diatur begitu rapi oleh Alquran, tapi seseorang yang belum begitu faham dengan ajaran Islam pastilah mereka menafsirkan sebatas dengan pengetahuan akalnya, contoh imansipasi wanita dalam islam yaitu: Allah mewajibkan laki-laki dan perempuan sholat, islam tidak melarang seorang wanita mengerjakan pekerjaan seorang pria dengan tidak melanggar aturan-aturan syariat islam, wanita juga dibolehkan untuk mengangkat senjata (menjadi tentara) selama itu dibutuhkan, atau mempertahankan agama dan negara. wanita menjadi tentera tidak harus sama pakaiannya sebagaimana tentara laki-laki, wanita tetap diwajibkan untuk menutup auratnya, sehingga mereka tidak perlu membuka auratnya,

MENURUT anda bagaimanakah tentang blog ini...?

SETITIK MUTIARA WALISONGO

Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT. Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisoongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah 1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan. 2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak. 3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan. 4. Senjoto Kalimosodo Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat) 5. Digdoyo Tanpo Aji Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata. 6. Perang Tanpo tanding Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini. 7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya. 8. Mulyo Tanpo Punggowo Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan. 9. Sugih Tanpo Bondo Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia. Semboyan seperti diatas sudah banyak dilupakan umat islam masa kini. Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan kalijogo diantaranya adalah : 1. Yen kali ilang kedunge 2. Yen pasar ilang kumandange 3. Yen wong wadon ilang wirange 4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT. Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya : 1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang 2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT 3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan 4. Semangat berkorban harta dan jiwa 5. Selau memperbaiki diri 6. Mencari ridho Allah SWT 7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan 8. Sabar menjalani kesulitan 9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT 10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha 11. Istiqomah seperti unta 12. Tawadhu seperti bumi 13. Tegar seperti gunung 14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit. 15. berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.

SELAMAT MEMBACA

KEPUASAN ANDA ADALAH PENGHARGAAN BAGI KAMI.
APATIS ANDA ADALAH BLUM MEMPELAJARI KAMI.
KRITIK ANDA ADALAH INTROPEKSI DIRI KAMI.