PELAJARAN DUNIA TASYAWUF
Janji setia dari calon murid atau salik kepada mursyid biasa di sebut baiat atau talqin. Dalam suatu tarikat, baiat adalah sesuatu yang lazim. Biasanya yang melakukan proses baiat ialah mursyid kepada salik. Sebelum proses kepembaiatan, umumnya diawali perkenalan dan penjelasan langkah-langkah yang harus di tempuh jika kelak resmi menjadi murid.
Seorang calon salik diperkenalkan berbagai syariat dan ketentuan internal tarekat, misalnya kesediaan murid menyempurnakan ibadah syariah, patuh kepada mursyid, aktif dan telaten melakukan riyadloh, serta berusaha meniggalkan rutinitas duniawi, lalu memasuki wilayah tasyawuf dengan menginternalisasikan sifat-sifat utama seperti sabar, tawakal ,qonaah, dan syukur.
Ia secara berlahan-lahan dibimbing untuk meninggalkan dominasi eksoterisme dan memasuki wilayah esoterisme dalam beribadah. Ia dituntut berkontemplasi guna lebih banyak mengenal alam rohani, dan pada akhirnya salik berusaha respek dan mencintai mursyidnya. Bagaikan sahabat yang mencintai Rasulnya.
Sang calon salik juga berlatih menumbuhkan rasa cinta (mahabbah) dan harapan besar(raja’). Jika dia diyakini memiliki kemampuan untuk lanjut sebagai salik, mursyid akan membaiatnya. Prosesnya, ada yang sederhana ada juga yang lebih rumit. Ini semua bergantung pada ketentuan yang berlaku dalm sebuah tarekat.
Terkadang ada yang berbulan-bulan atau tahunan tetapi belum dibaiat. Sementara ada yang hanya beberapa hari tinggal bersama langsung dibaiat. Bergantung intensitas dan kesiapan calon murid menepa diri. Dasar hukum pelaksanaan baiat ini dihubugkan dengan surat al-fath ayat:10.
Ayat tersebut berbunyi:”orang-orang yangberjanji setia kepadamu, sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Tuhan diatas tangan mereka.barang siapa melanggar janjinya, niscaya akibat dia melanggar janji itu akan menimpa dirinya. Dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah, Allah akan memberinya pahala yang besar.”
Idealnya, baiat itu mengikat, apalagi komitmen ini bertujuan positif sebagaimana ditegaskan Allah SWT, “tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji, dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah kalian”(QS al-Nahl [16]:91).”dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti akan dimintai pertanggung jawabannya”.(QS al-Isra[17]:34).
Di dalam hadits ditemukan sejumlah riwayat yang mengajarkan konsep baiat bagi mereka yang akan menjadi pengikut khusus Rasulullah bersabda,”berjanjilah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri,tidak berzina,tidak membunuh anak-anak kalian, tidak membuat kebohongan diantara tangan dan kaki kalian, dan tidak mendurhakai aku dalam kebaikan. Barang siapa diantara kalian menepati janji ini, dia akan mendapatkan pahala dari Allah. Barang siapa yang melanggar sebagian darinya lalu Allah menutupinya, hukumnya bergantung pada Allah. Jika Allah menghendaki, dia akan mengampuninya. Dan jika tidak, dia akan menghukumnya”. Maka kami pun membaiat beliau dengan hal itu.(HR.Bukhori dan muslim).
Bentuk baiat dan lafal yang pernah dilakukan Rasulullah kepada para sahabatnya berbeda-beda. Baiat secara kolektiv atau individu pernah dilakukan Rasul. Contoh baiat kolektiv yang dilakukan beliau kepada para sahabatnya diungkapkan oleh syadad bin aus.
“pada suatu hari, pernah ada beberapa orang berada di hadapan Rasulullah. Saat itu Rasul bertanya, apakah diantara kalian ada orang asing-maksudnya ahli kitab. Kami jawab tidak ada. Lalu, beliau menyuruh kami menutup pintu dan berucap, angkatlah tangan kalian dan ucapkan la ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah)’. Kemudia Rasulullah bersabda,’segala puji hanya bagi Allah . yaa Allah, sesungguhnya Engkau mengutusku dengan kalimat ini. Engkau menyuruhku untuk mengamalkannya. Dan Engkau menjanjikan surga kepadaku dengannya. Ketahuilah bahwa aku membawa kabar gembira untuk kalian. Sesungguhnya engkau tidak akan menyalahi janji’. Lalu beliau bersabda, ‘ketahuilah bahwa aku membawa kabar gembira untuk kalian. Sesungguhnya Allah memberi ampunan kepada kalian’.(HR Ahmad). Sedangkan contoh baiat secara individu terungkap melalui Hadits riwayat thabrani. Baiat ini terjadi ketika ali bertanya kepada Rasulullah,”yaa Rasulullah , tunjukkanlah kepadaku jalan yang paling dekat munuju Allah, yang paling mudah untuk beribadah kepada-nYA dan paling utama di sisiNYA.”
Lalu Rasulullah menjawab agar ali melanggengkan dzikir kepada Allah secara rahasia dan terang-terangan. Ali meresponnya dengan mengatakan bahwa semua orang melakukan dzikir dan ia berharap di beri dzikir khusus. Hal paling utama dari apa yang aku ucapkan dan para Nabi sebelum aku adalah kalimat la ilaha illallah, “demikian jawaban Rasulullah.
Seandainya langit dan kalimat ini di timbang, kata rasul, maka kalimat ini lebih berat dari pada langit. Kiamat tidak terjadi selama dibumi masih ada orang yang mengucapkan kalimat itu. Ali bertanya kembali, bagaimana cara mengucapkannya. Rasul menjawab,”pejamkanlah kedua matamu dan dengarkanlah aku:”la ilaha illallahh, di ucapkan tiga kali. Ucapkanlah kalimat itu dan aku mendengarkanya,” Ali mengucapkannya dengan keras.
Ditemukan banyak lagi hadits yang menerangkan cara pembaiatan kepada orang dan kelompok. Setelah Rasulullah wafat, pembaiatan terus dilakukan oleh para sahabat. Abu bakar,Umar, Usman dan Ali pernah membaiat orang dan kelompok. Tradisi itu dilanjutkan oleh para praktisi tarekat sampai saat ini.
Baiat disini bukan baiat politik seperti baiatul ‘Aqobah kaum anshar atau baiat sebagai tanda pengakuan kekuasaan terhadap seorang pemimpin. Ini adalah baiat spiritual yang dimana seseorang atau kelompok orang menyatakan janji suci kepada allah untuk hidup sebagai orang yang saleh/salehah didepan mursyidnya.
Pertanyaan yang mendasar tentang baiatini, mestikah seorang di baiat? Bagaimana dengan orang-orang yang hidup di luar tarekat, yang disana tidak umum dikenal ada baiat atau talqin?...apakah keislaman tidak sempurna tanpa baiat atau talqin?....tidak ada kesepahaman para ulama tentang wajibnya baiat.
Baiat didunia tarekat bisa di perbarui seandainya seseorang memerlukan pengisian kembali (recharging) energi spiritual dari mursyid. Namun perlu ditegaskan sekali lagi, bahwa mursyid bukan santo atau lembaga pastural yang dapat atas nama tuhan yang dapat memberikan pengampunan dosa terhadap jamaah.
Fungsi mursyid sebagaimana telah diuraikan dalam artikel terdahulu haya berfungsi sebagai motivator dan tutor yang dipercayai salik. Banyak cara orang untuk memperoleh ketenangan dan sekaligus motivasi untuk menggapai rasa kedekatan diri dengan Tuhan. Salah satu diantaranya ialah menyatakan komitmen spiritual kepada Tuhan di depan atau melalui mursyid yang dipilih.
Jika pada suatu saat mengalami krisis spiritual, ia merasa sangat terbantu oleh kehadiran sahabat spiritual yang berfungsi sebagai konsultan spiritualnya. Tentu, sekali lagi bukan memitoskan atau mengultuskan seseorang. Tetapi secara psikilogis, setiap orang pada dasarnya membutuhkan refrensi personal untuk mengatasi kelabilan hidupnya.
Ini bukan bid’ah karena memiliki dasar yang kuat dalam Al-quran dan Hadits. Namun tidak berarti bagi mereka yang tidak pernah menjalani baiat, keislamannya bermasalah, sebab baiat bukan sesuatu yang wajib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar