CANTIK DIBALIK KERUDUNG

“Wanita sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menutupi bentuk tubhnya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari Kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada dibalikmya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari keihklasan ia memberikan kebaikan itu. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keahlihannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauhmana ia berani mempertaruhkan kehormatannya. Wanita sejati bukanlah dilihat dari kekawatirannya digoda orang lain dijalan, tetapi dilihat dari kekawatirannya yang mengundang orang lain jadi tergoda. Wanita sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan syukur. Dan ingatlah..........!!!!!!!! Wanita sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatanya dalam bergaul....... Wassalam........... “semoga bisa menjadikan kita bertafakkur ya ikhwati”

Jumat, 19 November 2010

MEWASPADAI AJARAN WAHHABIYYAH


PROFIL MUHAMMAD IBN ABDUL WAHHAB

SYEIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB (1115 – 1206 H/1701 – 1793 M) Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dilahirkan pada tahun 1115 H (1701 M) di kampung Uyainah (Najd). Ayahnya adalah seorang tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan kakeknya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di mana masyarakat Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan agama. Karena itu, Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab tumbuh dan dibesarkan dalam keluarga ulama yang terpelajar Nasab beliau adalah Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi. Beliau merupakan tokoh pemimpin gerakan salafiah yang pernah menjabat sebagai menteri penerangan Arab Saudi.Sejak kanak-kanak, beliau telah dibina dan dididik dengan pendidikan agama oleh ayah beliau, Syeikh Abdul Wahab. Beliau belajar kitab-kitab fikih mazhab Hambali, tafsir, hadits, aqidah, dan beberapa bidang ilmu syar’i serta bahasa. Beliau sangat menaruh perhatian besar dan concern pada kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu Qayyim, sehingga pemikiran beliau mendapatkan pengaruh yang cukup kuat dari keduanya. Beliau mementingkan masalah aqidah yang benar dan melakukan purifikasi dari tahayul, bid’ah, dan khurofat.
Muhammad bin Abdul Wahhab berusaha membangkitkan kembali pergerakan perjuangan Islam; para pendukung pergerakan ini sering disebut wahabbi, tetapi mereka menolak istilah ini karena pada dasarnya ajaran bin Wahhab adalah ajaran Nabi Muhammad, bukan ajarannya sendiri. Karenanya, mereka lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai Salafis atau Muwahhidun, yang berarti “satu Tuhan”.
Istilah Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-usul dan kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya terkeliru dengan mereka karena mereka mendakwa mazhab mereka menuruti pemikiran Ahmad ibn Hanbal dan alirannya, al-Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang merupakan salah sebuah mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
.           Bagaimanapun, nama Wahabbi dikatakan ditolak oleh para penganut Wahabbi sendiri dan mereka menggelarkan diri mereka sebagai golongan al-Muwahhidun (unitarians) karena mereka mendakwa ingin mengembalikan ajaran-ajaran Tauhid ke dalam Islam dan kehidupan murni menurut sunnah Rasulullah.
Gerakan ini lahir bukan sebagai pengaruh kemajuan Barat, tetapi sebagai reaksi terhadap paham Tauhid yang dianut kaum awam di waktu itu. Kemurnian paham Tauhid mereka telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan yang timbul di bawah pengaruh tarekat-tarekat seperti pujaan dan kepatuhan yang berlebihan pada syekh-syekh tarekat, ziarah ke kuburan-kuburan wali dengan maksud meminta syafaat atau pertolongan dari mereka dan sebagainya. Menurut beliau, kebiasaan-kebiasaan itu artinya mengandung syirik atau politheisme dan harus diberantas. Semua itu adalah bid’ah (sesuatu yang asing) yang dibawa orang dari luar masuk ke dalam Islam. Bid’ah itu mesti dibuang dan orang harus kembali kepada Tauhid dan Islam yang sebenarnya.
Dasar Pemikiran dan Pergerakan Wahhabiyyah
Pemikiran Wahabbiyah pada hakikatnya adalah kelanjutan dari mazhab Salafiyyah yang dipelopori oleh Ahmad Ibnu Taimiyah. Mereka tidak membawa pemikiran baru tentang aqidah, mereka hanya mengamalkan apa yang telah dikemukakan Ibnu Taimiyah dalam bentuk yang lebih keras, dibandingkan dengan apa yang telah diamalkan Ibnu Taimiyyah sendiri. Mereka menertibkan berbagai hal yang bersifat amaliah yang tidak pernah disinggung oleh Ibnu Taimiyyah, karena hal itu tidak begitu terkenal pada zamannya pada dasarnya aqidah yang menjadi landasan gerakan wahabbi ini adalah dua hal : Pertama, terfokus kepada masalah tauhid yang murni dalam segala aspeknya. Kedua, memerangi dan menghilangkan bid’ah.
  1. Muhammad bin Abdul Wahhab juga berpendapat bahwa ziarah terhadap kuburan para wali termasuk syirik, dan ber-tawasul kepada mereka akan mengakibatkan rusaknya kemurnian aqidah. Demikian juga halnya dengan ziarah kubur dengan meletakkan makanan dengan keyakinan bahwa ahli kubur dapat memberikan kebaikan atau menolak petaka. Kebiasaan seperti itu banyak ditemui Abdul Wahhab pada masyarakat Yamamah (sekarang Riyadh), yang berkeyakinan adanya pohon kurma yang dapat menunjukkan jodoh kepada wanita atau laki-laki yang terlambat menikah. Abdul Wahhab juga menyaksikan masyarakat yang menziarahi dan meminta berkah kepada sebuah gua yang diyakini memiliki kekuatan ghaib.
  2. Usaha pemurnian yang dilakukan Wahhabi adalah pemberantasan bid’ah, misalnya perayaan Maulid, keluarnya kaum wanita ikut mengiringi jenazah, perayaan-perayaan spiritual, haul untuk memperingati kematian wali, acara-acara yang lazim dilakukan para pengikut aliran sufi untuk mengenang kematian guru atau nenk moyang mereka. Di samping itu, Wahhabi juga menganggap bid’ah beberapa kebiasaan seperti, merokok, berlebihan minum kopi, laki-laki yang memakai kain sutera, mencukur jenggot, dan memakai perhiasan emas
Metode Dakwah Muhammad bin Abdul Wahab
a: Dakwah bî al-Lisân
Salah satu metode da’wah Muhammad Bin Abdul Wahab adalah dengan menyampaikan da’wahnya secara lemah lembut, walaupun pada hakikatnya tidak ada kompromi terhadap kemusyrikan. Contohnya ketika Muhammad bin Abdul Wahab diancam akan dibunuh atau diusir penguasa, yakni Utsman ibn Ma’mar yang mendapat tekanan dari ‘amir Badawi yang mengirim surat ancaman kepadanya dan memerintahkannya agar menghabisi nyawa Muhamamab bin Abdul Wahab. ‘Amir Utsman khawatir seandainya ia tidak menuruti kemauannya, ‘amir Badawi itu akan mogok membayar upeti dan bahkan memeranginya. Maka ia berkata kepada Muhammad bin Abdul Wahab, “’Amir Badawi telah menyurati kami dan menghendaki begini dan begitu, sedangkan kami tidaklah mungkin untuk membunuh anda, namun kami pun takut kepada ‘amir Badawi dan kami tidak mampu untuk menghadapi serangannya. Karenanya, jika Anda memandang baik untuk keluar dari lingkungan kami, lakukanlah!”. Maka Muhammad bin Abdul Wahab menjelaskan dengan lidahnya yang fasih,“Bahwasannya yang aku da’wahkan ini adalah agama Alah SWT dan penerapan secara sebenarnya dalil kalimat lâ ilâha illallâh. Dari kesaksian Muhammad adalah utusan Allah maka barang siapa berpegang teguh kepada agama Islam ini dan membelanya dengan segala kesungguhan, niscaya akan ditolong dan dikukuhkan Allah SWT sehingga dapat menaklukkan negeri-negeri musuhnya. Jika Tuan sabar, tegak pada yang haq dan menerima karunia da’wah tauhid ini, maka nantikanlah berita gembira. Allah SWT akan menolong dan membela tuan serta akan melindungi tuan dari ‘amir Badawi itu dan yang lain, dan Allah SWT pun akan memberikan kekuatan tuan untuk dapat menundukkan negeri dan kabilahnya.”
b: Dakwah bî al-Kitâb
Muhammad bin Abdul Wahab memusatkan perhatian untuk menekuni kitab-kitab yang bermanfaat dan dikajinya. Sebelumnya Muhammad bin Abdul Wahab memusatkan perhatiannya untuk menekuni Kitabullah. Ia memiliki buah kajian yang sangat berharga dalam menafsirkan al-Qur’an dan menggali hukum atau nilai darinya. Ia juga memusatkan perhatiannya untuk menekuni sirah rasul dan para sahabat. Ia menekuni itu semua dengan seksama hingga mendapatkan semacam dorongan kekuatan yang dengannya dia merasa diberi Allah SWT kekukuhan batin pada kebenaran.Selain pandai dalam mendakwahkan islam secara lisan, beliau pun dikenal sebagai ulama yang pandai akan menulis. Muhammad bin Abdul Wahab aktif dalam menulis, ia menjadikannya sebagai sarana da’wah dalam hidupnya. Diantara karyanya yang sangat praktis adalah kitab al-Tawhid al-ladzî huwa Haqqullâh ‘ala al-‘Abid dan Kasyfu al-Syubahât.
Berikut sebagian karya tulis beliau yang tersebar di masyarakat dan menjadi referensi umat dalam mengkaji ajaran islam :
a. Kitabut Tauhid
b. Ushulul Iman
c. Kasyfusy Syubhat
d. Tsalatsatul Ushul
e. Mufidul Mustafid fi Kufri Tarikit Tauhid
f. Mukhtashar Fathul Bari
g. Mukhtashar Zadul Ma’ad
h. Masa’il Jahiliyyah
i. Fadhailush Shalah
j. Kitabul Istimbath
k. Risalah Ar-Radd ‘ala Ar-Rafidhah
l. Majmu’atul Hadits, dll.
c: Da’wah bî al-Murâsalah(surat)
Da’wah bi al-Murâsalah atau yang lazim disebut dengan surat menyurat merupakan salah satu metode yang dipraktekkan oleh Muhamad bin Abdul Wahab dalam menebarkan dakwahnya. Ia menyisihkan waktunya untuk menulis surat-surat dakwah yang disampaikan kepada para penguasa dan ulama. Da’wah bi al-Murâsalah merupakan metode da’wah yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. Beliau pernah mengirim surat kepada raja Najasyi, raja Mesir, raja Persia, Rum, Amman dan lainnya. Di dalam surat-surat itu, beliau menjelaskan tentang bahaya syirik yang mengancam negeri-negeri Islam di seluruh dunia, juga bahaya bid’ah,khurafat,dan tahayul.Berkat hubungan surat menyurat Syeikh terhadap para ulama dan penguasa dalam dan luar negeri, telah menambahkan kemasyhuran nama Syeikh sehingga beliau disegani di antara kawan dan lawannya, hingga jangkauan dakwahnya semakin jauh berkumandang di luar negeri, dan tidak kecil pengaruhnya di kalangan para ulama dan pemikir Islam di seluruh dunia, seperti di Hindia, Indonesia, Pakistan, Afganistan, Afrika Utara, Maghribi, Mesir, Syria, Iraq dan lainnya.

d: Dakwah dengan Tangan
            Besar kemungkinan istilah dakwah melalui tangan ini diambil dari istilah tangan sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi:“Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya, jika dia tidak sangup demikian, maka dengan lisannya, dan jika tidak sanggup demikian maka dengan hatinya, dan yang ini adalah selemah-lemah iman”. (H.R. Muslim). Hadits di atas kiranya menjadi petunjuk dan pendorong bagi Muhammad bin Abdul Wahab untuk menghancurkan tempat-tempat yang dianggapnya berbau syirik. Hal tersebut dapat dibuktikan ketika Muhammad Bin Abdul Wahab melakukan dakwah dengan tindakan nyata untuk menghilangkan ke-jahiliyah-an dengan tangannya sendiri. Beliau pernah berkata kepada Utsman bin Ma’mar agar menghancurkan kubah yang di bangun di atas kuburan Zaid. Selain makam Zaid, di sana ada juga makam-makam lain. Salah satunya adalah yang disebut makam Dhihar al-Azûr. Makam ini pun berkubah dan dihancurkan juga. Ada juga tempat-tempat yang dikeramatkan seperti kuburan-kuburan, gua-gua dan pohon-pohon yang disembah, juga disirnakan dan dimusnahkan. Dan masyararakat pun telah diberi peringatan agar menjauhi dari semua itu.
e: Koalisi Dengan Penguasa
Pada awalnya Muhammad bin Abdul Wahab berkoalisi dengan ‘amir ‘Usamah bin Ma’mar di Uyainah. Beliau berencana untuk membangun Islam dengan sistem ibadahnya yang betul dan kehidupan sosial yang sehat, jauh dari segala angkara murka dan maksiat. Dengan dukungan ‘amir ‘Utsman bin Ma’mar, beliau memerangi segala bentuk takhâyul, khurafat dan maksiat yang terdapat di sekitarnya.

Penyimpangan Wahhabiyyah

Muhammad ibn abdul wahhab (perintis gerakan Wahhabiyyah) adalah seorang yang tidak diakui keilmuannya  oleh para ulama’. Bahkan saudaranya; Sulaiman ibn Abdul wahhab menulis dua buah karya bantahan terhadapnya. Ini ia lakukan karena Muhammad ibn Abdul wahhab menyalahi apa yang telah di sepakati oleh kaum muslimin baik didaerahnya maupun ditempat lain, baik dari kalangan pengikut madzhab Hanbali maupun pengikut madzhab lain. Bantahan pertama berjudul assowaa iqul al ilahiyyah” dan yg kedua berjudul:”faslu alqhitob fi arrad ala Muhammad ibn abdul wahhab. begitu juga seorang ulama’ madzhab hanbali ternama, seorang mufti makkah pada masanya, Syekh Muhammad ibn humaid, tidak menyebutkan nama Muhammad ibn abdul wahhab dalam jajaran ulama’ madzhab hanbali, padahal dalam kitabnya berjudul :”asahkbul waabilah ala dhoroikhul khanabilah ia menyebutkan sekitar 800 ulama’ laki-laki dan perempuan dari kalangan madzhab Hanbali. Yg disebutkan dalam kitab tersebut adalah biografi ayahnya: (syekh Abdul Wahhab). Syekh Muhammad ibn humaid memuji keilmuan ayahnya dan menyebutkan bahwa ayahnya ini semasa hidupnya sangat marah terhadap Muhammad(anaknya) tersebut dan memperingatkan orang-orang untuk menjauh darinya. Sang ayah berkata: “yaa ma tarauna min Muhammad minassary”(kalian akan melihat kejahatan yang akan dilakukan oleh Muhammad). Syekh Muhammad ibn Humaid wafat sekitar 80 tahun setelah Muhammad ibn Abdul Wahhab. Muhammad ibn Abdul wahhab telah membuat agama baru yang diajarkan kepada pengikutnya. Dasar ajarannya ini adalah menyerupakan Allah dengan makhluk-NYA dan meyakini bahwa Allah adalah benda yang duduk di atas arsy. Keyakinan ini adalah penyerupaan Allah dengan makhluk-NYA, karena duduk adalah salah satu sifat manusia. Dengan ajarannya ini, Muhammad ibn Abdul wahhab telah menyalahi firman Allah: “laisa kamislihi saieun” artinya “Dia (Allah) tidak menyerupai segala sesuatu dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-NYA”.(Q.S.sy-syura.11).

Para ulama’ salaf bersepakat bahwa barang siapa yang menyifati Allah dengan salah satu sifat diantara sifat-sifat manusia maka ia telah kafir. Sebagai mana hal ini ditulis oleh imam al muhadist as-salafi Ath-Thahawi (2227 – 321 H) dalam kitab aqidahnya yang terkenal dengan nama “al aqidah atthokhaawiyah” teks penyataannya adalah: “ waman washofa Allahu bimakna min ma’anii al basyar faqot kafar” maknanya: barang siapa mensifati Allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia. Maka ia telah kafir”.
          Diantara keyakinan golongan wahhabiyah ini adalah mengkafirkan orang yang berkata : “yaa Muhammad…” mengkafirkan orang yang berzairah ke makam para nabi dan para wali untuk bertabarruk (mencari berkah), mengkafirkan orang yang mengusap makam para nabi untuk bertabaruk, dan mengkafirkan orang yang mengkalungkan hirz(tulisan ayat-ayat Alquran atau lafazh-lafazh dzikir yang dibunggkus dengan rapat lalu dikalungkan dileher) yang didalamnya hanya bertuliskan alquran dan semacamnya dan tidak ada sama sekali lafazh yang tidak jelas yang diharamkan. Mereka menyamakan perbuatan memakai hirz ini dengan penyembahan terhadap berhala.
Mereka (golongan Wahabbiyyah) dalam hal ini telah menyalahi para sahabat dan orang-orang salaf yang shalih. Telah menjadi kesepakatan boleh berkata “ yaa Muhammad..” ketika dalam kesusahan. Semua umat islambersepakat tentang kebolehan ini dan melakukannya dalam praktek keseharian mereka, mulai dari para sahabat nabi, para tabi’in dan semua generasi islam hingga kini. Bahkan imam Ahmad ibn hanbal; imam Madzhab Hanbali yang mereka klaim di negeri mereka sebagai madzhab yang mereka ikuti, telah menyatakan kebolehan menyentuh dan meletakkan tangan diatas makam Nabi Muhammad SAW, menyentuh mimbarnya dan mencium makam dan mimbar tersebut apabila diniatkan untuk bertaqorrub(mendekatkan diri) kepada Allah dengan bertabarruk. Hal ini ia sebut dalam kitabnya yang sangat terkenal berjudul :”al jami’ fil ilal wa ma’rifati rijaal”.
Mereka telah menyimpang dari jalur Umat islam dengan mengkafirkan orang yang beristighatsah. Kepada Rasulullah SAW dan bertawasul dengannya setelah wafatnya, mereka berkata:” bertawasul dengan selain yang hidup dan yang hadir (ada di hadapan kita) adalah kufur” atas dasar kaidah ini, mereka mengkafirkan orang yang berbeda pendapat dengan mereka dalam masalah tawassul ini dan menghalalkan membunuhnya. Pemimpin mereka (muhammad ibn Abdul Wahhab) berkata:” barang siapa yang masuk dalam dakwah kita maka ia mendapatkan hak sebagaimana hak-hak kita dan memiliki kewajiban sebagaimana kewajiban-kewajiban kita dan barang siapa yang tidak masuk (dalam dakwah kita) maka ia kafir dan halal darahnya.
Secara garis besar manhaj wahhabiyyah
  • Mereka tidak cukup dengan menetapkan ibadah sebagaimana yang ditetapkan oleh Islam dalam Al-Qur’an dan Sunah menurut pandangan Ibnu Taimiyyah. Mereka menghendaki supaya tradisi pun tidak boleh keluar dari lingkup Islam. Kaum muslimin harus mengikuti apa yang ditetapkan Islam. Oleh karena itu, mereka mengharamkan rokok secara keras. Akibatnya, orang-orang awam dari golongan ini menganggap rokok seperti orang musyrik. Mereka menyerupai Khawarij yang mengakfirkan pelaku dosa besar.
  • Pada mulanya mereka mengharamkan kopi dan apa saja yang semisalnya atas diri mereka sendiri. Tetapi kelihatannya sesudah itu mereka menghalalkannya.
  • Mereka tidak merasa cukup dengan berdakwah. Mereka mempergunakan senjata untuk memerangi para penentang dengan anggapan bahwa mereka memerangi bid’ah yang merupakan kemungkaran yang wajib diperangi. Berpegang pada amar ma’ruf dan nahyi munkar adalah wajib.
  • Setiap menempati suatu desa atau kota, kelompok ini menghancurkan dan memusnahkan kuburan. Akibatnya, sebagian penulis Eropa menyebut mereka sebagai penghancur tempat-tempat ibadah. Barangkali pernyataan tentang tuduhan tersebut agak berlebihan, karena kuburan bukan tempat ibadah. Akan tetapi, disinyalir mereka juga menghancurkan mesjid yang berada di samping kuburan. Mereka mendasarkan tindakannya pada hadits yang menyebutkan bahwa Nabi mengingkari tindakan Bani Israil ketika mereka menjadikan sebagian kuburan para Nabi mereka sebagai mesjid.
  • Kekerasan mereka tidak berhenti sampai disini saja, karena mereka datang ke kubur-kubur yang tampak,. Kemudian menghancurkan semua kuburan para sahabat dan meratakannya dengan tanah. Sekarang ini, kuburan-kuburan itu tidak ada kecuali tanda-tanda yang menunjukkan tempat kuburan itu. Mereka memperbolehkan untuk menziarahinya dan ziarah itu cukup dengan mengucapkan salam kepada penghuni kubur itu. Orang yang berziarah cukup mengucapkan, ”Assalamu’alaikum.”
  • Wahhabiah memperhatikan dan melarang hal-hal kecil yang mengandung keberhalaan maupun sesuatu yang membawa kepada keberhalaan, seperti fotografi.
  • Mereka memperluas pengertian bid’ah secara ganjil, sehingga mereka berpendapat bahwa memasang kain penutup pada Raudah merupakan bid’ah. Di samping itu, mereka juga beranggapan bahwa seorang Muslim yang mengucapkan kata Sayyidina Muhammad sebagai suatu bid’ah yang tidak boleh dilakukan.
Sebenarnya Wahhabiah telah merealisasikan pandangan Ibnu Taimiyyah dan bersikap keras dalam memperjuangkannya. Kemudian mereka memperluas pengertian bid’ah. Mereka memandang bebrapa hal yang tidak berhubungan dengan ibadah sebagai ibadah. Padahal sebenaranya bid’ah ialah hal-hal yang dikerjakan oleh seseorang sebagai bagian dari ibadah dan mempergunakannya untuk mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan hal itu tidak ada sumber keagamaannya secara sah.
Gerakan pemurnian aqidah yang dilancarkan Wahhabi, yang pada hakikatnya adalah gerakan Salafiyyah yang hanya mengamalkan segala perintah dan ajaran agama hanya dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri sangat terkesan dengan ajaran Ibnu Taimiyyah, bahkan ia menyebut dirinya sebagai murid Ibnu Taimiyyah. Kalau dianggap bahwa sebuah gerakan tidak terlepas dari kekurangan, barangkali kekurangan dalam pergerakan Wahhabi, yaitu kurang mengindahkan perasaan umat Islam lainnya yang memberikan perhatian kepada makam Rasulullah dan memperingati hari kelahiran beliau. Selain itu, Wahhabiyyah juga kurang memberikan peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan pemikiran kreatif serta kurang mengikuti kemajuan pemikiran seiring dengan kemajuan peradaban manusia. Padahal, islam sendiri tidak membembekukkan pemikiran. Sekalipun demikian, tidaklah bijaksana untuk mengecam pribadi pendirinya, yakni Muhammad bin Abdul Wahab, karena ia hanya berusaha untuk memebersihkan kemurnian aqidah islamiah dari kotoran syirik dan bid’ah. Dan Muhammad bin Abdul Wahab, tidaklah semata-mata memerintahkan tentaranya untuk memaksa manusia untuk mengikuti pahamnya, namun ia tetap berusaha hanya dengan mendakwahkan pahamnya untuk didiskusikan.
copyrightby:m.noeralie 2010-11-19 semarag university wahid hasyim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Imansipasi wanita

Imansipasi wanita
imansipasi wanita sering diterjemahkan atau diartikan dengan salah kaprah, bahwasanya kedudukan seoarang wanita harus sama dengan laki-laki dari sisi apapun. padahal dalam islam masalah imansipasi wanita sudah diatur begitu rapi oleh Alquran, tapi seseorang yang belum begitu faham dengan ajaran Islam pastilah mereka menafsirkan sebatas dengan pengetahuan akalnya, contoh imansipasi wanita dalam islam yaitu: Allah mewajibkan laki-laki dan perempuan sholat, islam tidak melarang seorang wanita mengerjakan pekerjaan seorang pria dengan tidak melanggar aturan-aturan syariat islam, wanita juga dibolehkan untuk mengangkat senjata (menjadi tentara) selama itu dibutuhkan, atau mempertahankan agama dan negara. wanita menjadi tentera tidak harus sama pakaiannya sebagaimana tentara laki-laki, wanita tetap diwajibkan untuk menutup auratnya, sehingga mereka tidak perlu membuka auratnya,

MENURUT anda bagaimanakah tentang blog ini...?

SETITIK MUTIARA WALISONGO

Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT. Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisoongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah 1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan. 2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak. 3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan. 4. Senjoto Kalimosodo Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat) 5. Digdoyo Tanpo Aji Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata. 6. Perang Tanpo tanding Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini. 7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya. 8. Mulyo Tanpo Punggowo Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan. 9. Sugih Tanpo Bondo Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia. Semboyan seperti diatas sudah banyak dilupakan umat islam masa kini. Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan kalijogo diantaranya adalah : 1. Yen kali ilang kedunge 2. Yen pasar ilang kumandange 3. Yen wong wadon ilang wirange 4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT. Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya : 1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang 2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT 3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan 4. Semangat berkorban harta dan jiwa 5. Selau memperbaiki diri 6. Mencari ridho Allah SWT 7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan 8. Sabar menjalani kesulitan 9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT 10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha 11. Istiqomah seperti unta 12. Tawadhu seperti bumi 13. Tegar seperti gunung 14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit. 15. berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.

SELAMAT MEMBACA

KEPUASAN ANDA ADALAH PENGHARGAAN BAGI KAMI.
APATIS ANDA ADALAH BLUM MEMPELAJARI KAMI.
KRITIK ANDA ADALAH INTROPEKSI DIRI KAMI.